Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cegah Kebakaran Hutan, Peneliti UGM Bikin Pesawat Tanpa Awak untuk Deteksi Dini Api

KOMPAS.com - Peneliti program studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) membuat pesawat tanpa awak yang digunakan untuk mencegah kebakaran hutan.

Seperti yang kita tahu luas hutan Indonesia terus mengalami penyusutan, salah satu penyebabnya adalah kebakaran hutan.

Sayangnya kebakaran hutan ini seringkali terlambat diketahui karena beberapa faktor.

Seperti misalnya kondisi geografis, medan lahan gambut yang luas, kurangnya akses jalan, terbatasnya sumber daya manusia, serta minimnya fasilitas.

"Ketika hutan terbakar, jarang ada yang mengetahui titik terbakar hutan tersebut," papar Dr. Gesang Nugroho, yang memimpin penelitan ini.

Itu mengapa diperlukan pendeteksi dini titik api yang dapat memantau dan mencegah kebakaran hutan menjadi lebih luas lagi.

Seperti dikutip dari laman resmi Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (25/1/2022), pesawat tanpa awak yang dinamai Elang Caraka ini mampu terbang selama enam jam dengan jarak tempuh 200 km.

Pesawat tanpa awak untuk deteksi dini api itu akan melakukan pengawasan wilayah secara autonomous.

"Operator dapat mengendalikan pesawat dari jarak jauh serta melihat rekaman gambar secara langsung melalui monitor yang ada di Ground Control Station," terang Gesang.

Selain itu, pesawat tanpa awak Elang Caraka buatan peneliti UGM untuk cegah kebakaran hutan di Indonesia ini memiliki bentang sayap sepanjang 3,6 m dan badan pesawat memiliki panjang 1,92 m.

Elang Caraka juga dilengkapi kamera thermal untuk mengirimkan rekaman udara secara langsung yang dapat dilihat di darat.

Pesawat tanpa awak juga dilengkapi dengan mesin berkapasitas 30 cc yang mampu menerbangkan pesawat berbobot 20 kg ini.

Sementara untuk landasannya sendiri, Elang Caraka hanya memerlukan landasan sepanjang 90 m untuk lepas landas dan mendarat.

Pesawat mendeteksi kebakaran hutan dengan sensor cerdas Electrical Nose (Enose) yang mampu mendeteksi adanya asap.

"Enose bekerja seperti halnya hidung manusia, menggunakan larik sensor gas yang mampu mendeteksi asap tersebut," jelas Gesang.

Elang Caraka sendiri juga punya mampu dioperasikan baik siang maupun malam.

Ini merupakan nilai plus karena pemantauan kebakaran yang selama ini menggunakan helikopter hanya bisa dilakukan siang hari.

Sehingga ketika terjadi kebakaran hutan di malam hari, api sudah terlanjur membesar pada keesokan hari dan lebih sulit untuk dipadamkan.

“Selain itu, biaya operasional pesawat tanpa awak Elang Caraka juga jauh lebih murah dibandingkan menggunakan helikopter. Sehingga diharapkan kehadiran pesawat tanpa awak Elang Caraka mampu menekan angka karhutla (kebakaran hutan) yang ada di Indonesia,” paparnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/01/26/100200623/cegah-kebakaran-hutan-peneliti-ugm-bikin-pesawat-tanpa-awak-untuk-deteksi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke