Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Vaksin Booster, Bisakah Mengakhiri Pandemi Covid-19? Ini Kata Ahli

KOMPAS.com - Meningkatnya kasus infeksi varian B.1.1.529 atau Omicron semakin terlihat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Selain Omicron, varian Delta juga masih mendominasi di seluruh dunia.

Di tengah lonjakan kasus Covid-19 ini, akhirnya memunculkan pertanyaan kapan pandemi berakhir?

Serta, apakah dibutuhkan lebih banyak vaksin booster untuk memasuki tahap endemik, di mana tidak banyak kasus penularan virus dan lebih sedikit kasus rawat inap di rumah sakit.

"Menurut saya banyak dari kami yang bekerja di bidang penyakit menular menyadari bahwa setelah beberapa gelombang pertama, Covid-19 tidak akan hilang sepenuhnya, karena itu bukan hal yang (bisa) dilakukan virus seperti ini," ujar direktur medis asosiasi epidemiologi dan infeksi pencegahan di University of California, Dr Shruti Gohil.

Dilansir dari Live Science, Jumat (21/1/2022) para ahli mengatakan, bahwa pandemi bisa saja berakhir.

Namun, untuk mencapai tahap endemik yang lebih cepat, kita mungkin memerlukan vaksin booster Covid-19 khusus yang menargetkan varian virus berbeda, serta mencegah virus menyebabkan wabah besar.

Menurut Gohil, vaksin tahunan maupun musiman tampaknya diperlukan untuk menekan jumlah kasus Covid-19.

Dia menambahkan, faktor yang menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk beralih dari pandemi ke fase endemik tergantung pada seberapa cepat laju vaksinasi di dunia.

Secara terpisah, Kepala Divisi Penyakit Menular Anak di Rumah Sakit Anak Stony Brook di New York, Dr Sharon Nachman, mengungkapkan bahwa vaksin booster kemungkinan besar akan diberikan setahun sekali.

Sebab, beberapa penelitian menunjukkan efektivitas dua dosis berkurang sekitar lima sampai enam bulan setelah dosis kedua diberikan. Artinya, imunitas terhadap infeksi virus turun lebih cepat,

Kendati demikian, vaksinasi lengkap disinyalir masih efektif mengurangi durasi rawat inap di rumah sakit.

"Tanpa booster tahunan, Covid-19 belum bisa diatur karena lonjakan kasus yang parah membebani tenaga kesehatan di rumah sakit. Tetapi jika Covid-19 menjadi endemik seperti flu, kita semua (yang terinfeksi) akan (terasa seperti) pilek dan hanya itu," jelas Nachman.

Di sisi lain, Gohil menambahkan para peneliti mungkin perlu untuk memperbarui formulasi vaksin Covid-19 yang sudah tersedia saat ini.

Pasalnya virus SARS-CoV-2 seperti varian Omicron diketahui dapat bermutasi menjadi varian yang lebih menular bahkan bisa menghindari kekebalan dari vaksin.

"Di masa depan, vaksin mRNA Covid-19 kemungkinan akan menargetkan berbagai virus dari Variant of Concern," imbuhnya.

Sejauh ini, produsen vaksin seperti Pfizer-BioNTech, Moderna, dan Sinovac tengah mengembangkan vaksin khusus Omicron.

Nachman berkata, seiring berjalannya waktu produsen harus mengembangkan dan memproduksi vaksin yang merangsang respons kekebalan terhadap banyak versi berbeda dari protein lonjakan SARS-CoV-2, yang digunakan virus untuk menempel dan menginfeksi sel.

"Saya pikir booster kita akan mengandung sequencing spike-protein dari seluruh dunia sehingga ketika virus itu berubah atau menulari, kita akan memiliki perlindungan lintas varian," terang Nachman.

Tahapan dari pandemi ke endemik menurut asisten profesor di Johns Hopkins University School of Medicine, Dr Erica N Johnson akan sulit dipahami sampai tingkat vaksinasi global yang lebih tinggi.

“Ada banyak negara di dunia yang tidak memiliki ketersediaan vaksin yang sama. Sampai kita memecahkan masalah itu, saya rasa kita tidak akan sampai ke tempat di mana ini hanya menjadi virus endemik,” jelasnya.

Akses global ke vaksin ini tentunya sangat penting, lantaran munculnya varian virus corona baru didorong oleh penyebaran dan replikasi virus pada orang yang tidak divaksinasi atau orang dengan sistem imun lemah.

"Kami melihat bahwa saat ini (orang yang tidak divaksinasi) yang terinfeksi virus corona sebelumnya kembali terinfeksi lagi. Dan kami mengamati mereka lebih parah sakitnya dibandingkan mereka yang mendapat vaksin Covid-19 setelah terinfeksi sebelumnya," pungkas Nachman.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/01/23/193000723/vaksin-booster-bisakah-mengakhiri-pandemi-covid-19-ini-kata-ahli

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke