Apa itu Ekuiluks?
Ekuiluks adalah fenomena astronomis ketika panjang siang tepat sama dengan panjang malam, yakni 12 jam.
Peneliti Pusat Riset Sains Antariksa LAPAN BRIN, Andi Pangerang mengatakan, tanggal terjadinya ekuiluks bergantung dengan lintang geografis pengamat.
"Ekuiluks dapat terjadi beberapa hari, beberapa pekan, bahkan beberapa bulan sebelum atau setelah ekuinoks," kata Andi kepada Kompas.com, dalam pemberitaan Kompas.com edisi 23 September 2021.
Ekuiluks dapat terjadi ketika solstis, dengan nilai deklinasi Matahari sama dengan kemiringan sumbu Bumi (=23°26').
Dikarenakan deklinasi Matahari tidak mungkin melebihi kemiringan sumbu Bumi, maka kita dapat menentukan koordinat mana sajakah yang tidak memungkinkan terjadi ekuiluks. Dengan memasukkan d = ±23°26' ; maka b = ± 2°05,75' atau ±2,1°.
Sehingga, daerah yang terletak di antara 2,1°LU hingga 2,1°LS tidak akan mengalami ekuiluks. Rentang koordinat ini memuat di dalamnya lintang 0° atau garis katulistiwa, sehingga garis katulistiwa tidak akan mengalami ekuiluks.
Untuk daerah yang terletak tepat di lintang 2,1°LU akan mengalami ekuiluks saat Solstis Desember (21 Desember).
Sedangkan, daerah yang terletak tepat di lintang 2,1°LS akan mengalami ekuiluks saat Solstis Juni (21 Juni).
"Kita juga dapat mengetahui ekuiluks tidak dapat mungkin terjadi ketika Ekuinoks," kata dia.
Hal ini dikarenakan nilai ketinggian Matahari harus bernilai nol, agar deklinasi Matahari juga bernilai nol.
Dengan kata lain, ekuiluks dapat terjadi ketika ekuinoks dan hanya jika Bumi (ataupun planet lainya) tidak memiliki atmosfer, sehingga tidak membuat ufuk tampak lebih rendah dari ufuk sejati karena pembiasan atmosfer.
Matahari berukuran jauh lebih kecil dibandingkan saat ini secara visual, sehingga tidak memasukkan separuh lebar sudut Matahari untuk penentuan waktu terbit atau terbenam Matahari.
Daftar wilayah yang akan mengalami Ekuiluks 20 Januari - 26 Februari 2022:
1. Subulussalam (Aceh), 20 Januari
2. Sidikalang (Sumatera Utara), 24 Januari
3. Pulau Subi (Kepulauan Riau), 28 Januari
4. Pematangsiantar (Sumatera Utara), 29 Januari
5. Kisaran (Sumatera Utara), 30 Januari
6. Tanjungbalai (Sumatera Utara), 30 Januari
7. Anambas (Kepulauan Riau), 31 Januari
8. Kabanjahe (Sumatera Utara), 2 Februari
9. Berastagi (Sumatera Utara), 4 Februari
10. Tapaktuan (Sumatera Utara), 5 Februari
11. Tebingtinggi (Sumatera Utara), 6 Februari
12. Tarakan (Kalimantan Utara), 6 Februari
13. Kutacane (Aceh), 9 Februari
14. Deli Serdang (Sumatera Utara), 9 Februari
15. Tanjung Morawa (Sumatera Utara), 9 Februari
16. Lubukpakam (Sumatera Utara), 9 Februari
17. Binjai (Sumatera Utara), 10 Februari
18. Tahuna (Sulawesi Utara), 10 Februari
19. Blangpidie (Aceh), 12 Februari
20. Stabat (Sumatera Utara), 12 Februari
21. Pulau Natuna (Kepulauan Riau), 13 Februari
22. Pangkalanbrandan (Sumatera Utara), 14 Februari
23. Blangkejeren (Aceh), 14 Februari
24. Melongguane (Sulawesi Utara), 15 Februari
25. Meulaboh (Aceh), 16 Februari
25. Nunukan (Kalimantan Utara), 17 Februari
27. Langsa (Aceh), 18 Februari
28. Takengon (Aceh), 20 Februari
29. Dampulis (Sulawesi Utara), 21 Februari
30. Benermeriah (Aceh), 21 Februari
31. Lhoksumawe (Aceh), 23 Februari
32. Bireun (Aceh), 23 Februari
33. Sigli (Aceh), 24 Februari
34. Jantho (Aceh), 24 Februari
35. Miangas (Sulawesi Utara), 25 februari
36. Sabang (Aceh), 26 Februari
37. Tanjungselor (Kalimantan Utara), 27 Januari
38. Medan (Sumatera Utara), 10 Februari
39. Banda Aceh (Nanggroe Aceh Darussalam), 25 Februari
Apa dampak Ekuiluks?
Meskipun mungkin fenomena ini terdengar sedikit asing dan terjadi selama kurang lebih sebulan ke depan, Andi mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir dan panik berlebihan.
Andi menjelaskan bahwa sama halnya dengan ekuinoks, ekuiluks dapat terjadi dua kali setahun.
Fenomena ini akan terjadi kembali pada 15 Oktober (Sabang) hingga 18 November (Subulussalam) mendatang.
"Ekuiluks hanya fenomena astronomis biasa, tidak berdampak apapun ke kehidupan manusia," kata Andi dikutip Kompas.com, dalam laman resminya.
Namun, ketika fenomena ini terjadi maka langit akan mulai tampak terang ketika terjadi dalam beberapa menit sebelum Matahari terbit (sebagai fajar) maupun beberapa menit setelah Matahari terbenam (sebagai senja).
Untuk diketahui, Aram terjadi dikarenakan pembiasan sinar Matahari oleh atmosfer Bumi, sehingga saat Matahari terbenam, langit tidak seketika gelap dan menjelang Matahari terbit, langit tidak seketika terang.
https://www.kompas.com/sains/read/2022/01/21/184500223/fenomena-ekuiluks-terjadi-di-indonesia-sebulan-ke-depan-apa-dampaknya-