Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi Vaksin Sinovac dan Sinopharm Lemah terhadap Omicron, Apa Dampaknya?

Penelitian tentang SinoVac ini didapatkan berdasarkan hasil studi laboratorium dari University of Hong Kong dan The Chinese University of Hong Kong.

Seperti dikutip dari Straitstimes, Kamis (23/12/2021), hasil studi itu menunjukkan, bagi mereka yang diimunisasi lengkap dengan vaksin CoronaVac produksi Sinovac Biotech China dan mendapatkan suntikan booster dari BioNtech SE Jerman, secara signifikan rendah dalam meningkatkan tingkat perlindungan antibodi terhadap Omicron.

Dua dosis suntikan BioNTech, yang dikenal sebagai vaksin Cominarty, juga tidak cukup, meski menambahkan booster dengan vaksin mRNA yang lebih kuat bisa meningkatkan perlindungan ke tingkat yang memadai.

Hal serupa juga terjadi pada vaksin Sinopharm China. Booster atau suntikan penguat vaksin Covid-19 Sinopharm memiliki aktivitas penetralan yang secara signifikan rendah atau lemah terhadap varian Omicron.

Hasil ini didapatkan dari studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Shanghai Jiao Tong University dan laboratorium berbasis di Shanghai, ketika mereka berusaha membandingkan aktivitas vaksin booster Sinopharm terhadap jenis virus corona pertama dari Wuhan.

Melansir Reuters, Senin (20/12/2021),  aktivitas antibodi penetral dari booster Sinopharm BBIBP-CorV terhadap varian Omicron menunjukkan 20,1 kali lipat, dibandingkan dengan aktivitas vaksin tersebut terhadap strain Wuhan.

Seperti diketahui, CoronaVac dari Sinovac merupakan jenis vaksin Covid-19 yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Begitu juga vaksin Sinopharm.

Netralisasi antibodi vaksin Sinovac tidak buruk

Dengan begitu, kedua hasil studi tersebut tentu menimbulkan pertanyaan, apa yang akan terjadi pada masyarakat yang telah mendapatkan kedua jenis vaksin itu?

Terkait hasil dua studi tersebut, ahli biologi molekuler Ahmad Utomo mengatakan agar masyarakat yang mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 Sinovac ataupun Sinopharm tidak perlu panik.

"Oh ini studi in vitro kemampuan antibodi dari orang yang divaksin Sinovac," kata Ahmad kepada Kompas.com, Jumat (24/12/2021).

Lebih lanjut, Ahmad menambahkan, jika diingat kembali, awalnya vaksin Sinovac juga dianggap kemampuan netralisir virusnya berada di level lemah, tidak secermerlang vaksin Pfizer.

Akan tetapi, faktanya saat merebak kasus penularan Covid-19 akibat infeksi strain atau varian Delta pada bulan Juli lalu di Indonesia, menunjukkan bahwa performance dari tingkat netralisasi antibodi vaksin Sinovac tidak begitu buruk.

"Buktinya mayoritas kematian di Jakarta saat itu (bulan Juli, kasus infeksi akibat varian Delta) adalah merkea yang belum divaksin," jelasnya.

Dengan pelaporan hasil studi in vitro yang ada ini, belum diketahui apakah nanti akhirnya orang yang divaksin Sinovac atau Sinopharm lebih rentan terkena penyakit Covid-19 bergejala berat atau tidak.

"Jadi enggak perlu pusing membandingkan data antar vaksin, tapi fokus pada dampak terhadap mereka yang belum divaksin," tegasnya.

Selain itu, bagi masyarakat yang sudah divaksin sekalipun, sangat penting tetap patuh protokol kesehatan untuk menghindari potensi risiko terpapar Covid-19, entah itu strain lama ataupun varian baru Omicron yang sedang 'mengguncang' dunia saat ini, karena penularannya yang sangat cepat dibandingkan banyak varian Covid-19 lainnya.

Upayakan untuk selalu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak aman minimal 1,8 meter, menjauhi kerumunan atau keramaian, dan membatasi mobilitas.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/12/24/201500423/studi-vaksin-sinovac-dan-sinopharm-lemah-terhadap-omicron-apa-dampaknya-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke