Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

6 Fakta yang Harus Diketahui tentang Varian Omicron

KOMPAS.com - Omicron adalah varian virus baru penyebab Covid-19 yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan pada akhir November 2021 lalu.

Sejak pertama kali diumumkan, varian Omicron Covid telah menyebar ke berbagai negara, salah satunya adalah Indonesia.

Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin pada Kamis, (16/12/2021) lalu melaporkan satu kasus Omicron Indonesia yang dialami oleh salah satu petugas pembersih di Wisma Atlet Jakarta.

Kemudian, pada Sabtu (18/12/2021) Kemenkes mengumumkan kembali dua pasien yang terkonfirmasi terpapar varian Omocron, sehingga total kasus Omicron di Indonesia bertambah menjadi tiga orang.

Melansir NBC News, Selasa (21/12/2021) sejauh ini, para ilmuwan di seluruh dunia sedang berlomba-lomba untuk memahami bagaimana penyebaran dan risiko dari keparahan penyakit yang disebabkan virus Omicron.

Berikut 6 hal yang sudah diketahui dari varian Omicron

1. Sangat cepat menyebar

Varian Omicron disebut sebagai ancaman terbesar dalam upaya untuk mengakhiri pandemi.

Para ali mengatakan, varian Omicron memiliki lebih dari 30 mutasi pada protein lonjakan virus yang menyebabkan vaksin Covid-19 dan terapi monoklonal tidak efektif dalam membentuk kekebalan.

Selain itu, mereka juga menjelaskan ada kemungkinan bahwa mutasi membuat virus Omicron lebih mudah menyebar.

Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengatakan bahwa varian Omicron lebih cepat menular dibandingkan varian virus corona yang terdeteksi sebelumnya.

"Kami tahu bahwa varian Omicron sangat cepat menyebar, dan memang lebih cepat menyebar dibandingkan varian Delta di berbagai negara," ujar pemimpin teknis Program Darurat Kesehatabn WHO, Dr Maria Van Kerkhove dikutip dari laman Instagram resmi WHO, Jumat (17/12/2021).

2. Gejala Omicron

Meski terlihat mirip, gejala Omicron tampaknya sedikit berbeda dengan varian Covid sebelumnya.

Dikutip dari Good to Know, Jumat (17/12/2021) dokter sekaligus Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, Dr Angelique Coetzee memaparkan sejauh ini pasien yang terpapar varian Omicron mengeluhkan sakit kepala, nyeri di seluruh tubuh, dan kelelahan yang parah.

Lebih lanjut, dia berkata gejala varian Omicron sedkit berbeda dari sebelumnya, yakni sakit tenggorokan ringan, gatal di tenggorokan, tidak batuk, serta tidak kehilangan penciuman atau anosmia.

Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyebut gejala Omicron yang telah diamati, antara lain:

  • Batuk kering dan gatal di tenggorokan
  • Kelelahan
  • Hidung tersumbat
  • Demam
  • Mual
  • Napas pendek atau kesulitan bernapas
  • Serta diare

3. Disebut "lebih ringan"

Direktur jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, laporan awal WHO menemukan varian Omicron "lebih ringan" dibandingkan varian sebelumnya.

Pasalnya, para peneliti menganalisis varian virus baru, dan melihat kasus-kasus di Afrika Selatan, di mana varian Omicron terdeteksi pertama kali menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan penyakit tidak separah varian Delta.

Pejabat kesehatan Afrika Selatan menemukan, pasien yang dirawat di rumah sakit akibat terpapar varian Omicron 29 persen lebih sedikit dibandingkan gelombang infeksi varian Delta.

Di samping itu, Menkes Afrika Selatan juga mengatakan pada 17 Desember lalu kasus rawat inap di negara itu secara signifikan menurun. Lalu, memasuki pekan kedua sejak virus Omicron masuk ke Afrika, kasus rawat inap tercatat kurang dari 2 persen saja.

Meski laporan ini menggembirakan, para ahli mengatakan masih terlalu dini untuk mengetahui apakah varian Omicron memang "lebih ringan" atau apakah ada faktor lain termasuk populasi usia muda di Afrika Selatan.

4. Vaksin Omicron masih terus dikaji

Studi laboratorium awal menunjukkan bahwa varian Omicron mungkin resisten terhadap vaksin, meskipun tidak menghindari kekebalan vaksin secara keseluruhan. Terkait hal ini, para ahli menilai bahwa penelitian lebih lanjut masih sangat diperlukan.

Di sisi lain, riset yang dilakukan di Afrika Selatan menemukan bahwa dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech 70 persen efektif mencegah rawat inap akibat infeksi varian Omicron.

Selanjutnya, data lain juga menunjukkan bawah vaksin booster dapat meningkatkan antibodi untuk mencegah paparan varian Omicron Covid ini.

Hal tersebut juga berlaku pada suntikan dosis ketiga vaksin Moderna yang secara signifikan menaikkan titer antibodi dalam pengujian di laboratorium.

Oleh karenanya, vaksin booster masih terus dikaji terkait kemanjurannya sebagai vaksin Omicron. Sementara, para ahli setuju vaksin yang tersedia saat ini masih efektif untuk mencegah keparahan penyakit akibat varian jenis apa pun.

5. Varian Omicron telah menyebar di 89 negara

WHO telah mengumumkan, bahwa varian Omicron terdeteksi setidaknya 89 negara.

“Kenyataannya Omicron mungkin ada di sebagian besar negara, meski belum terdeteksi,” kata Tedros seperti dilansir dari NPR, Rabu (15/12/2021).

WHO menyebut lonjakan jumlah kasus ini meningkat dua kali lipat dalam kurun waktu satu hingga tiga hari, terutama pada penularan komunitas.

"Omicron menyebar dengan cepat di negara-negara dengan tingkat kekebalan populasi yang tinggi, tetapi belum jelas apakah ini karena kemampuan virus untuk menghindari kekebalan (vaksin), peningkatan penularan atau kombinasi keduanya," ujar WHO seperti dilansir dari The Guardian, Sabtu (18/12/2021).

6. Risiko varian Omicron terhadap anak-anak

Sejauh ini, para ahli masih belum mengetahui apakah varian Omicron memiliki risiko lebih tinggi pada bayi maupun anak-anak dibandingkan varian virus sebelumnya.

Mereka sedang memantau berbagai wilayah di mana varian Omicron telah menyebar secara luas, termasuk di Afrika Selatan dan Inggris, untuk lebih memahami pengaruh varian virus baru terhadap anak-anak.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/12/22/100100723/6-fakta-yang-harus-diketahui-tentang-varian-omicron

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke