Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Fakta Hujan Meteor Geminid, Salah Satunya Bisa Capai 107 Meteor per Jam

Berikut 7 fakta terkait hujan meteor Geminid 2021 kali ini.

1. Berada di konstelasi Gemini

Geminid adalah hujan meteor utama yang titik radian atau titik asal kemunculan meteornya berada di dekat bintang Alfa Geminorum (Castor) konstelasi Gemini.

Peneliti di Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang mengatakan, meteor-meteor yang jatuh tersebut seakan-akan berasall dari rasi Gemini.

2. Berasal dari sisa debu asteroid Phaethon

Astronom Amatir Indonesia, Marufin Sudibyo mengatakan, hujan meteor ini bersumber dari sisa debu asteroid 3200 Phaethon (1983 TB) yang mengorbit Matahari selama 523,6 hari.

Marufin menjelaskan, meskipun hujan meteor itu seakan-akan dari rasi Gemini, sesungguhnya hujan meteor yang terjadi berasal dari remah-remah komet tak dikenal yang terpecah-pecah di masa silam dan salah satu pecahannya membentuk asteroid 3200 Phaethon (1983 TB).

Nah, sisa-sisa debu asteroid Phaethon ini mengorbit Matahari dengan periode 524 hari atau periode revolusinya sekitar 1,43 tahun.

Asteroid Phaethon ini tergolong dalam keluarga Asteroid Apollo dengan orbit sangat lonjong dan kemiringan orbit 22 derajat.

3. Bisa capai 107 meteor per jam

Puncak hujan meteor Geminid ini menjadi yang paling menarik, karena dikenal sebagai hujan meteor yang memiliki intensitas besar yaitu sekitar lebih dari 100 meteor per jam.

"Intensitas hujan meteor ini untuk Indonesia berkisar 86 meteor per jam di Sabang hingga 107 meteor per jam di Pulau Rote," kata Andi kepada Kompas.com, Rabu (1/12/2021).

Hal ini dikarenakan titik radian berkulminasi pada ketinggian 46°-63° arah utara, sedangkan intensitas hujan meteor saat di zenit sebesar 120 meteor per jam.

4. Pernah capai 235 meteor per jam tahun 2014

Berdasarkan catatan Lapan, intensitas maksimum hujan meteor Geminid ini bervariasi sesuai dengan fase Bulan ketika terjadinya puncak hujan meteor.

Intensitas maksimum terendah yang pernah tercatat menpai 109 meteor per jam ketika fase Bulan baru di tahun 2012.

Sedangkan, intensitas maksimum tertinggi mencapai 253 meteor per jam ketika fase Bulan perbani di tahun 2014.

5. Waktu terbaik mengamatinya

Hujan meteor ini dapat disaksikan sejak pukul 20.30 waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari yakni sekitar 25 menit sebelum terbenam Matahari, dari arah Timur Laut hingga Barat Laut.

Menurut Andi, intensitas hujan meteor ini juga akan sedikit berkurang dikarenakan Bulan yang berada di dekat zenit saat titik radian sedang terbit.

6. Kecepatan meteor mudah difoto

Untuk diketahui, meteor-meteor Geminid ini memasuki atmosfer Bumi pada kecepatan 35 kilometer per detik.

"(Kecepatan ini) relatif pelan untuk ukuran meteor, sehingga lebih mudah difoto," tutur Marufin.

7. Bisa dilihat langsung

Fenomena langit berupa hujan meteor bukanlah suatu peristiwa yang sulit diamati, kecuali jika memang ada pengaruh dari kondisi cuaca, polusi cahaya, medan pandang yang terhalangi dan frekuensi intensitas hujan meteor itu sendiri.

Selain itu, kemudahan melihat dengan mata telanjang hujan meteor Geminid yang terjadi kali ini juga didukung dengan intensitas meteor jatuh yang bisa melebihi 100 meteor per jam.

Sehingga, hujan meteor Geminid termasuk salah satu puncak hujan meteor yang cukup besar dibandingkan dengan beberapa hujan meteor lainnya yang bisa jadi hanya belasan meteor per jam.

"Pastikan cuaca cerah dan bebas dari penghalang maupun polusi cahaya di sekitar medan pandang," tegas Andi.

Hal ini dikarenakan intensitas hujan meteor ini berbanding lurus dengan 100 persen minus persentase tutupan awan dan berbanding terbalik dengan skala Bortle.

Skala Bortle adalah skala yang menunjukkan tingkat polusi cahaya, semakin besar skalanya maka semakin besar polusi cahaya yang timbul.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/12/13/183000923/7-fakta-hujan-meteor-geminid-salah-satunya-bisa-capai-107-meteor-per-jam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke