Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ada Varian Baru Omicron, Akankah Gelombang 3 Pandemi Terjadi Akhir Tahun Ini?

KOMPAS.com - Varian baru B.1.1.529 Omicron disebut lebih cepat menular dan berbahaya dibandingkan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Apakah varian Omicron yang diidentifikasi di Afrika Selatan ini dapat meningkatkan risiko gelombang ketiga pandemi Covid-19 di Indonesia?

Menjawab persoalan ini, Epidemiologi dari dari Griffifth University Australia, Dicky Budiman mengatakan, kemungkinan gelombang tiga pandemi Covid-19 itu memang bisa saja terjadi.

Terlebih dengan kondisi yang sangat serius saat ini, tetapi tidak dilakukan surveilance genom dengan bijak mulai di dalam negeri sendiri, karena masih banyak sekali negara yang saat ini masuk dalam kawasan rawan.

Dengan potensi penularan varian Omicron yang bisa mencapai 500 persen tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikan varian Covid Omicron ini ke dalam kategori variant of concern (VoC), tanpa melalui kategori varian of interest (VoI).

Untuk diketahui, variant of interest adalah varian virus SARS-CoV-2 yang ditandai dengan mutasi asam amino yang menyebabkan perubahan fenotipe virus, yang diketahui atau diprediksi dapat mengubah kondisi epidemiologi, antigeneistas, dan virulensi virus.

Sedangkan, Variant of Concern yang kini dilabelkan pada varian baru Covid Omicron dari Afrika Selatan, adalah varian virus corona yang menyebabkan peningkatan penularan dan angka kematian akibat Covid-19. VoC juga merupakan varian dengan dua komponen VoI.

Menurut Dicky, pengkategorian varian baru Omicron B.1.1.529 langsung menjadi VoC, artinya  ini menandakan bahwa kondisi ini sudah sangat serius dan semua negara masih dalam keadaan rawan.

"Varian Omicron langsung menjadi variant of concern ini adalah satu pertanda yang sangat serius, karena umumnya (varian) yang baru-baru itu jadi variant of interest dulu atau variant under investigation, tapi ini langsung lompat, artinya ini tanda amat sangat seirus," jelasnya.

Ia menambahkan, dari kondisi pengkategorian varian baru B.1.1529 Omicron langsung menjadi VoC inilah yang meningkatkan risiko negara-negara bisa mengalami gelombang ketiga terutama saat libur natal dan tahun baru.

"Dan inilah yang salah satu mendasari kenapa saya juga mampu memprediksi ada potensi gelombang berikutnya di dalam hal ini (ditemukan varian baru Omicron), bukan hanya di Indonesia tapi juga di dunia," kata Dicky kepada Kompas.com, Sabtu (26/11/2021).

Hal ini dikarenakan, Covid varian Omicron lahir dari satu situasi di mana adanya wilayah negara dengan kawasan yang rendah kapasitas protokol kesehatan 5M-nya.

Seperti dalam memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak aman, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas atau pergerakan.

Selain rendahnya protokol kesehatan, kondisi kemungkinan gelombang ketiga juga akan ditunjang jika masyarakat masih enggan melakukan vaksinasi Covid-19.

Sebab, secara hukum biologinya, varian baru bisa saja lahir bahkan lebih super lagi penyebaran, penularan ataupun tingkat keparahannya daripada yang saat ini terjadi, jika proses transmisi virus SARS-CoV-2 masih tinggi terjadi.

Dicky menekankan, harus diketahui bahwa munculnya varian-varian baru virus corona SARS-CoV-2 seperti yang terjadi saat ini, telah terjadi di banyak negara.

"Termasuk mohon maaf ya, saya sampaikan beberapa kawasan atau wilayah di Indonesia dalam posisi yang sama (rendah kapasitas protokol kesehatan dan vaksinasi) ini yang saya khawatirkan," kata dia.

Perlu diketahui, varian baru B.1.1529 Omicron ini memiliki kemampuan penularan 400 persen atau 4 kali lipat dibandingkan varian Delta.

Varian Delta sendiri telah memicu lonjakan kasus Covid-19 di berbagai negara, termasuk Indonesia pada pertengahan tahun 2021 ini.

Dengan begitu, dunia dalam kondisi yang sangat rawan dan termasuk sekalipun Indonesia.

"Kalau prediksi gelombang 3 di bulan 12 (Desember) saya bisa agak presisi atau memprediksinya lebih relatif tidak sekompleks 2022 ya atau potensi gelombang 3 bicara waktu ya, karena bicara kejadian itu suli. Saya selalu sampaikan sulit untuk dihindari masalahnya bahan bakarnya (virusnya) kan ada," kata dia.

Lebih lanjut, kata Dicky, potensi gelombang ketiga ini juga akan meningkat apalagi jika dikombinasi dengan varian baru yang super, dalam hal ini varian Omicron, baik dalam penularan, maupun penyebaran hingga infeksi keparahannya, serta penurunan dari imunitas.

"Nah ini yang membuat prediksi waktu kejadian menjadi tidak mudah dan kompleks," jelasnya.

Sehingga, saat ini yang harus dilakukan setiap individu adalah sebisa mungkin menerapkan protokol kesehatan di mana pun berada, sampai benar-benar virus SARS-CoV-2 ini dinyatakan tereliminasi.

Serta, dikombinasi dengan melakukan vaksinasi lengkap tanpa ragu dengan jenis atau merk produk vaksinasi Covid-19 apapun, baik dari usia anak-anak, remaja, dewasa, sampai lansia.

Ahli biologi molekuler Ahmad Utomo mengatakan, vaksinasi masih menjadi hal yang sangat penting dalam persoalan varian baru Omicron ini.

"Sebenarnya apapun variannya, terutama setelah munculnya varian delta adalah penularan cepat pada mereka yang belum divaksin," tegas Ahmad.

Upayakan untuk membatasi mobilitas, apalagi ke luar negeri terutama di negara-negara Eropa dan Afrika Selatan yang saat ini memang sedang menjadi pusat kenaikan kasus akibat varian baru, seperti varian Omicron.

Pemerintah juga diminta Dicky untuk mengetatkan pintu perbatasan masuk ke tanah air, dan tidak membiarkan siapa saja yang baru pulang ataupun turis dari luar negeri tidak melakukan karantina 7 hari saat tiba di tanah air.

Mereka yang bepergian kemanapun harus tetap menggunakan tes rapid antigen atau tes PCR sebagai syarat perjalanan.

"Varian ini (varian B.1.1529 Omicron) masih bisa terdeteksi dengan Rapid Tes PCR yang rutin dilakukan di Indonesia," ucap Ahmad.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/11/30/073100023/ada-varian-baru-omicron-akankah-gelombang-3-pandemi-terjadi-akhir-tahun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke