Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Info Rachel Vennya Kabur Saat Karantina, Pakar Epidemiologi Jelaskan Potensi Penularan Varian Mu

KOMPAS.com - Rachel Vennya baru kembali dari Amerika Serikat, namun dikabarkan kabur saat menjalani karantina. Pakar epidemiologi menyebut bahwa hal ini bisa menyebabkan potensi penularan varian Mu.

Dugaan kaburnya selebgram Rachel Vennya menjadi perbincangan hangat di antara warganet di media sosial.

Berdasarkan aturan terkait perjalanan internasional, baik WNI maupun WNA yang tiba dari luar negeri diwajibkan untuk menjalani karantina.

Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mencegah penularan virus corona, bahkan potensi berisiko dari penyebaran varian baru virus corona di dalam negeri.

Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, saat ini masih dilakukan penelusuran, seperti diberitakan Kompas.com, Senin (11/10/2021).

Kendati demikian,  akar epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman, berkata bahwa bila info Rachel Vennya benar kabur dari karantina, maka tindakannya dapat mengancam kesehatan publik.

Karantina, kata Dicky, adalah tanggungjawab sosial dan wajib untuk diikuti. Bahkan, di negara-negara maju, sanksi tegas diberlakukan untuk menindak siapapun yang melanggar aturan karantina.

"Karantina adalah kunci keberhasilan untuk melindungi kesehatan publik di dalam negeri," jelas Dicky saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/10/2021).

Potensi penyebaran varian Mu

Dicky menjelaskan bahwa karantina dapat melindungi dari potensi ancaman masuknya varian virus corona atau virus apapun, dalam situasi pandemi saat ini.

Apalagi Rachel Vennya baru saja kembali dari Amerika Serikat, dan Amerika adalah salah satu negara dengan penularan Covid-19 dari beberapa varian corona yang disebut berisiko tinggi.

"Sangat berisiko, karena ada varian Mu yang makin serius," kata Dicky.

Varian Mu adalah salah satu varian baru virus corona yang masuk dalam daftar Variant of Interest (VOI) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Varian Mu merupakan varian virus corona yang pertama kali diidentifikasi di Kolombia, seperti dilansir dari The Guardian.

Sebagai variant of interest yang dirilis dalam daftar pantauan WHO pada 30 Agustus 2021 lalu, varian Mu telah terdeteksi menyebar di 39 negara, tetapi sekarang sudah banyak negara melaporkannya.

Varian Mu diketahui memiliki beberapa mutasi virus corona yang membuatnya menjadi kebal vaksin Covid-19.

Oleh sebab itu, ahli pun mengingatkan bahwa karantina sangat penting dalam upaya melindungai kesehatan masyarakat di dalam negeri dari potensi penyebaran varian-varian virus corona.

Terkait lamanya waktu karantina, Dicky menjelaskan bahwa bagi mereka yang sudah divaksinasi, minimal adalah 7 hari. Tentunya, apabila hasil tes PCR menunjukkan hasil negatif.

"Namun, kalau hasil tesnya positif, maka harus menjalani karantina selama 14 hari. Ini (karantina) tidak ada pengecualian," papar Dicky.

Lebih lanjut Dicky mengatakan bahwa karantina harus dilalui, baik oleh WNI maupun WNA yang masuk ke Indonesia. Jika aturan ini dilanggar, maka dapat mengancam kesehatan publik.

"Kita tahu bahwa di Indonesia, penularan Covid-19 masih di level penularan komunitas," jelas Dicky.

Rachel Vennya disebut kabur saat menjalani karantina di Wisma Atlet setelah menjalani tiga hari karantina. Padahal, ia baru saja pulang dari New York, Amerika Serikat, dan seharusnya sesuai aturan, ia harus menjalani delapan hari masa karantina.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/13/160200223/info-rachel-vennya-kabur-saat-karantina-pakar-epidemiologi-jelaskan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke