Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

WHO dan UNICEF Desak Indonesia Membuka Sekolah Tatap Muka, Ini Kata Pakar Epidemiologi

KOMPAS.com - Pakar epidemiologi berikan penjelasan terkait desakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan PBB untuk anak-anak (UNICEF) agar Indonesia dapat segera membuka sekolah tatap muka.

Seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (21/9/2021), kedua organisasi dunia ini mendesak agar pembelajaran tatap muka dapat segera dilaksanakan kembali.

Bahkan, di daerah dengan tingkat kasus Covid-19 yang tinggi, WHO merekomendasikan agar sekolah dapat dibuka lagi.

Rekomendasi tersebut keluar setelah 18 bulan sekolah di Indonesia memberlakukan kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Kendati demikian, WHO dan UNICEF tetap meminta agar pembukaan sekolah tatap muka dapat tetap dilakukan secara aman, mengingat adanya penularan varian Delta yang tinggi.

"Jadi, penting bahwa ketika kami membuka sekolah, kami juga mengendalikan penularan di komunitas-komunitas itu," ujar Dr Paranietharan, Perwakilan WHO untuk Indonesia dalam keterangan tertulis sebagaimana disampaikan dalam laman resmi WHO, 16 September 2021.

Menanggapi desakan kepada Indonesia untuk membuka kembali sekolah tatap muka, pakar epidemiologi Griffith University Dicky Budiman kembali menegaskan bahwa sejak awal, strategi penanganan pandemi virus corona ini, bahkan sejak 100 tahun lalu tidak berubah.

"Sekolah itu amat vital dan strategis, karena perlu diingat, ada anak-anak dengan usia yang mana mereka tidak bisa kehilangan waktu emasnya," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Selasa (21/9/2021).

Dicky menerangkan bahwa di masa tumbuh kembang anak yang berada di dalam masa emasnya, membutuhkan rangsangan multi sensorik, rangsangan untuk berinteraksi tatap muka, serta melakukan berbagai kegiatan fisik.

Kesemuanya itu hanya dapat dilakukan dengan interaksi langsung.

"Selain itu, dalam setiap pandemi, sekolah itulah yang paling akhir ditutup, dan ketika pandemi membaik, bukan mal atau lainnya yang dibuka pertama kali, tetapi sekolah," jelas Dicky.

WHO, dalam keterangannya juga menyampaikan bahwa dampak penutupan sekolah, seperti yang dilakukan di Indonesia, tidak hanya pada pembelajaran siswa. 

Akan tetapi juga pada kesehatan dan kesejahteraan di tahap perkembangan kritis anak yang dapat menimbulkan efek jangka panjang.

Harus dipahami, kata Dicky, ini adalah persoalan yang menyangkut generasi muda penerus, masalah human development index yang sangat vital.

"Akan sangat fatal dan salah kaprah, ketika sekolah ditutup, anak-anak belajar di rumah, sementara aktivitas orang dewasa dilakukan, orang tua kembali kerja, atau ibunya ke mal," ungkap Dicky.

Bahkan, kondisi demikian bisa menempatkan anak pada posisi yang semakin terbelakang. Selain itu, kata Dicky, kondisi ini juga tidak akan efektif dalam melandaikan kurva.

Dicky mengatakan kurva Covid-19 akan turun, saat sekolah ditutup, maupun fasilitas umum lainnya ditutup atau tidak ada aktivitas.

Namun demikian, harus dipahami bahwa saat sekolah tatap muka dibuka kembali, maka pemerintah pusat dan pemerintah daerah, harus berpihak pada pendidikan, berpihak pada anak.

"Caranya adalah dengan penguatan intervensi seperti 3T, 5M, dan vaksinasi, dengan peningkatan PPKM yang diarahkan ke level 1, supaya aktivitas sekolah, bekerja atau aktivitas lainnya bisa dilakukan dengan aman, tanpa berpotensi memperburuk situasi pandemi," saran Dicky.

Sayangnya, kata Dicky, hal ini belum semua dilakukan oleh setiap daerah.

Level PPKM di setiap daerah saat ini, menurut Dicky, seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, maupun Jawa Timur, Yogyakarta atau sebagian Jawa Timur, variasi levelnya masih sangat tinggi.

Perlu diingat, kata Dicky, masalah keamanan sekolah tatap muka bukan hanya bicara soal kurikulum yang disesuaikan, maupun infrastruktur kelas yang disesuaikan untuk mencegah penularan Covid-19.

"Akan tetapi, laju penyebaran Covid-19 di komunitas atau masyarakat juga harus dikendalikan, ini yang juga menjadi kewajiban pemda. Selain itu, sekolah juga harus punya pendamping, yaitu Dinkes (dinas kesehatan), petugas kesehatan puskesmas atau dokter," jelas Dicky.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/09/21/163200023/who-dan-unicef-desak-indonesia-membuka-sekolah-tatap-muka-ini-kata-pakar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke