Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mendampingi Isolasi Mandiri Anak Positif Covid-19, Apa yang Perlu Diperhatikan?

KOMPAS.com - Anak-anak menjadi kelompok yang rentan pula terpapar Covid-19. Saat anak terkonfirmasi positif Covid-19, maka ada beberapa hal yang perlu diketahui orang tua yang mendampingi isolasi mandiri.

Data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sendiri membeberkan, kasus anak positif Covid-19 yang ditemukan di Indonesia terhitung besar.

Hingga Juni lalu, data menunjukkan ada sebanyak 12,5 persen anak-anak di Indonesia yang positif Covid-19.

Kasus Covid-19 pada anak tersebut terjadi pada anak-anak dengan rentang usia 0-18 tahun. Tingkat kematian anak karena Covid-19 pun tak main-main, mencapai 3-5 persen dan separuhnya adalah balita.

Dengan kerawanan itu penting bagi orang tua untuk menjaga buah hatinya supaya tak tertular. Apalagi saat ini, untuk mendapatkan layanan kesehatan di rumah sakit pun sangat terbatas.

Namun jika dalam perjalanan waktu, anak ternyata mengalami gejala Covid-19 seperti demam, batuk, pilek, hilang penciuman, jangan terburu-buru untuk membawanya ke rumah sakit.

Sebab, menurut Dokter spesialis kesehatan anak dari FKUI-RSCM, dr. Nina Dwi Putri, Sp. A (K), anak positif Covid-19 tetap bisa menjalankan isolasi mandiri di rumah dengan orang tua yang mendamping, namun dengan beberapa catatan.

"Jika anak masih tetap aktif, bisa makan dan minum, tak ada gangguan seperti penurunan oksigen saat beraktivitas, anak bisa melakukan isoman (isolasi mandiri) sebab sebagian besar anak hanya memerlukan isolasi mandiri," ungkap dr. Nina dalam webinar edukasi Covid-19 yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan RI, Selasa (13/7/2021).

Untuk itu, ada beberapa hal yang harus diketahui oleh orang tua saat mendampingi anak isolasi mandiri di rumah.

1. Tentukan siapa yang merawat anak

Jika anak terkena Covid-19, lebih baik dari awal tentukan siapa yang akan merawat dan mendampingi selama isolasi mandiri dilakukan. Kalau bisa cukup salah satu orang tua saja dan pilih yang memiliki risiko rendah terhadap Covid-19 atau tidak memiliki komorbid atau penyakit penyerta.

2. Dukung psikologis anak

Bagi anak positif Covid-19 yang sudah bisa berkomunikasi, kondisi yang mengharuskannya isolasi mandiri bisa jadi membuatnya stres atau merasa bingung.

Tenangkan anak, jika mereka gelisah dan diskusikan mengenai kekhawatirannya. Termasuk juga beri pengertian mengapa harus melakukan isolasi mandiri.

3. Protokol kesehatan di rumah

Ajari anak untuk menerapkan protokol kesehatan, seperti mencuci tangan sesering mungkin, memakai masker yang benar, menghindari bertukar alat makan, etika batuk yang baik, dan cara membuang sampah limbah medis seperti masker medis sekali pakai dengan benar.

Sementara bagi anak yang berusia kurang dari 2 tahun yang belum bisa mandiri, orang tua tetap bisa mengasuh anak selama masa isoman.

Namun untuk sementara waktu hindari mencium untuk mencegah paparan dari air liur dan cairan tubuh lain.

Cuci tangan setelah menggendong dan jika memungkinkan gunakan sarung tangan jika harus mengganti popok.

4. Makanan bergizi

Berikan ASI serta asupan makanan yang bergizi tinggi dan bervitamin saat anak isolasi mandiri, seperti sayuran dan buah. Ajak juga anak untuk berjemur di bawah sinar matahari langsung untuk menambah asupan vitamin D.

5. Lakukan pemantauan

Lakukan pemantauan secara berkala misalnya suhu, saturasi, laku napas, asupan makanan, aktivitas anak, dan tanda-tanda dehidrasi.

Apabila selama isolasi mandiri, anak mulai mengalami gejala seperti saturasi oksigen kurang dari 95 persen, muntah dan diare hingga tak bisa masuk asupan, demam lebih dari 7 hari, maka segera konsultasi melalui telekonsultasi atau periksakan anak ke fasilitas kesehatan.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/14/100100723/mendampingi-isolasi-mandiri-anak-positif-covid-19-apa-yang-perlu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke