Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rebutan Susu Beruang Saat Kasus Covid-19 Naik, Ini 4 Faktor Pemicu Panic Buying

KOMPAS.com - Susu beruang disebut bisa mencegah dan menyembuhkan pasien Covid-19, hingga akhirnya menjadi salah satu produk incaran masyarakat. Dalam sebuah unggahan yang viral belum lama ini, tampak pengunjung toko yang berebut produk susu ini.

Sebenarnya apa yang menyebabkan panic buying dan bagaimana menyikapinya?

Sebab, jika kita tengok ke belakang, hal seperti ini juga muncul di awal pandemi Covid-19 pada Maret 2020. Saat itu, masyarakat memborong masker hingga dijual dengan harga mahal dan menimbulkan kelangkaan.

Dokter, filsuf, sekaligus Ahli Gizi Komunitas, Dr dr Tan Shot Yen, M Hum mengatakan, meski kondisi pandemi Covid-19 saat ini sedang melonjak tajam, tidak seharusnya masyarakat melakukan panic buying atau rebutan memborong suatu produk seperti susu beruang.

"Susu evaporasi, UHT, susu cair sejenis, semuanya sama, dengan komposisi yang Anda bisa baca di labelnya. Enggak ada studi ilmiah yang menghubungkan konsumsi susu dan pencegahan penularan Covid-19," kata dr Tan kepada Kompas.com, Minggu (4/7/2021).

Ia menegaskan, jika kita mau terhindar dari infeksi, satu-satunya pencegahan paling baik adalah dengan melaksanakan protokol kesehatan yang ketat.

Selain protokol kesehatan, cara terbaik mencegah dan mengobati pasien Covid-19 adalah meningkatkan imunitas tubuh.

Berkaitan dengan meningkatkan imunitas tubuh, Tan menegaskan bahwa pemenuhan nutrisi dan gizi yang baik adalah hal paling penting untuk dilakukan setiap individu saat ini.

Manfaat susu sapi mencegah infeksi sudah terbukti sejak dahulu kala, terutama manfaat dari air susu ibu (ASI). Akan tetapi, asupan nutrisi yang kita butuhkan tidak hanya berasal dari produk susu.

"Meningkatkan imunitas? Gizi manusia dewasa tidak didongkrak susu. Jika bicara protein, telur juaranya sebab representasi protein sempurna," tegasnya.

Faktor pemicu panic buying

Menurut dr Tan, ada beberapa poin yang bisa kita pelajari dari fenomena panic buying rebutan memborong suatu produk saat kasus infeksi Covid-19 mulai kembali melonjak di negeri ini.

1. Publik salah asumsi

Tan menjelaskan, setiap produk apa pun sudah jelas dan pasti akan mempromosikan keunggulan produknya dengan seefisien dan efektif mungkin karena mereka memiliki target marketing.

Dalam perkara ini dan juga masalah-masalah serupa yang pernah terjadi, kita harus menyadari bahwa kerap kali publik salah asumsi.

"Publik ini salah asumsi, karena tulisan di iklan yang bisa membuat orang menghubung-hubungkan nalar dengan literasi seadanya," ujarnya.

2. Overclaim produk

Persoalan kedua yang kerap terjadi tidak hanya pada kondisi rebutan susu beruang kali ini adalah overclaim produk.

"Selama ini overclaim produk tidak pernah dibenahi pemerintah yang mestinya punya kendali buat negur, semprit (memarahi), bahkan kasih sanksi," kata dia.

3. Literasi gizi minim

Masalah ketiga yang berhubungan dengan persoalan panic buying produk-produk yang belum terbukti berkhasiat atau efektif betul terhadap suatu penyakit ini adalah literasi gizi yang minim.

"Dengan literasi gizi minim, akhirnya ada kepercayaan-kepercayaan yang dibentuk sebagai opini publik. Apa yang mestinya mitos, dijadikan seakan-akan kebenaran. Sebaliknya, yang fakta ilmiah sama sekali tidak digubris," ucap dia.

"Enggak usah jauh-jauh soal susu beruang, susu pertumbuhan anak yang disebut bikin anak pintar dan berbudi gimana?" imbuhnya.

4. Tipe publik Indonesia

Faktor lainnya mengapa kerusuhan panic buying suatu produk ini terjadi, menurut Tan, adalah karena publik Indonesia tipe yang tidak mau berpikir dengan nalar, apalagi dianggap nalar itu ribet.

"Jadi kalau sakit, yang diburu solusi, bukan evaluasi. Nah, ini dimanfaatkan pedagang kan?" tuturnya.

Padahal, cara terbaik untuk memperbaiki dan mencegah infeksi tidak hanya Covid-19, tetapi penyakit lainnya juga, adalah mengevaluasi seperti apa pola hidup yang dijalani. Evaluasi itu mengenai apakah makan, tidur, asupan, dan kebersihan sudah dijaga serta diterapkan dengan sebaik mungkin.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/05/090300723/rebutan-susu-beruang-saat-kasus-covid-19-naik-ini-4-faktor-pemicu-panic

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke