Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa yang Dimaksud Vaksin Aman, padahal Tetap Ada Efek Sampingnya?

KOMPAS.com - Sejumlah efek samping yang ada di dalam vaksin membuat masyarakat berpikir ulang untuk mendaftarkan diri disuntik.

Padahal, saat ini vaksin merupakan senjata penting yang kita miliki untuk melawan virus corona yang telah banyak bermutasi dan ada yang lebih menular.

Mungkin banyak masyarakat yang bingung dan bertanya-tanya, 'Katanya vaksin aman, tapi kok ada efek sampingnya seperti demam, sakit kepala, pegal-pegal?'

Jadi apa yang dimaksud aman?

Menurut Dirga Sakti Rambe, Dokter Spesialis Penyakit Dalam yang fokus di bidang vaksinologi, secara kedokteran dan kesehatan masyarakat, vaksin disebut aman ketika manfaatnya melebihi risikonya.

Dirga mengatakan, tidak hanya vaksin yang memiliki efek samping. Semua tindakan kedokteran termasuk obat, pembedahan, dan terapi memiliki manfaat dan ada risikonya.

"Jadi, aman itu bukannya tidak terjadi apa-apa. Aman itu ketika manfaatnya melebihi risikonya," jelas dokter Dirga dalam kanal YouTube Pak Ahmad edisi DEBAR (dengerin bareng pakar) darah beku paska vaksin Covid-19 Astrazeneca yang tayang 18 Mei 2021.

Dalam kesempatan tersebut, Dirga pun menyinggung kasus pembekuan darah usai menerima vaksin AstraZeneca.

Ini adalah kasus baru yang sangat jarang terjadi. Menurut data, ada 10 dari 1 juta orang yang telah divaksin yang mengalami Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) berupa pembekuan darah.

Pembekuan darah atau trombosis adalah pembentukan gumpalan darah yang tidak normal di dalam pembuluh darah arteri atau vena.

"Orang yang disuntik itu akan mengalami trombosis. Sementara kalau kita bandingkan dalam konteks penyakit Covid-19, jadi supaya relevan kita bandingkan antara vaksinnya dengan penyakitnya, trombosis pada penyakit Covid-19 sekitar 10 persen (kasus) trombosisnya," ungkapnya.

Dari data tersebutlah, para ahli menyatakan bahwa vaksin AstraZeneca tetap aman.

"Makanya, sampai hari ini, vaksin AstraZeneca disebut tetap aman," imbuh founder imuni.id ini.

Pembekuan darah usai vaksin AstraZeneca dan J&J yang masih jadi misteri

Baik di Indonesia maupun luar negeri, diberitakan adanya kasus-kasus penggumpalan darah usai disuntik vaksin Covid-19 dari AstraZenece dan Johnson & Johnson (J&J).

Dikatakan Dr. Ines Atmosukarto, Ph.D yang merupakan seorang pakar pengembangan vaksin, baik vaksi AstraZeneca dan vaksin J&J memiliki kemiripan dalam platform teknologi yang digunakan dalam pembuatan vaksin.

"Sama-sama menggunakan virus sebagai pembawa antigen vaksin," kata Ines di kesempatan yang sama.

Dalam imunologi, antigen adalah zat apa pun yang mampu menyebabkan sistem imun menghasilkan antibodi yang spesifik, dan mampu berikatan dengan sejumlah komponen sistem imun.

Vaksin AstraZeneca didasarkan pada adenovirus simpanse yang telah dimodifikasi agar dapat menghasilkan protein spike dari virus corona di dalam sel manusia.

Nantinya, sistem kekebalan tubuh akan terangsang untuk menghasilkan antibodi dan bahkan bisa bereaksi lebih kuat dengan mengirimkan sinyal peringatan untuk mengaktifkan sel kekebalan.

Sedangkan vaksin J&J berisi virus flu biasa (adenovirus 26) yang telah direkayasa oleh para peneliti agar membawa instruksi memuat protein lonjakan virus corona ke dalam sel manusia.

Kemudian sel manusia membuat protein virus yang mendorong sistem kekebalan tubuh membuat antibodi dan melatih sel kekebalan untuk menyerang virus corona jika orang tersebut terinveksi nantinya.

Terkait penggumpalan darah yang kasusnya masih sangat baru dan sangat jarang jika dibandingkan total penerima vaksin, Ines mengatakan, efek samping tersebut tidak terdeteksi pada saat uji klinis.

Namun, saat mulai dipakai secara besar-besaran, muncul kasus penggumpalan darah meski sangat jarang.

Ines mengatakan, pada kasus penggumpalan darah dari vaksin J&J ada 3 per 1 juta kasus. Artinya, 3 kasus dari 1 juta orang yang telah divaksin.

"Dan untuk AastraZeneca, tercatat ada 10 per 1 juta kasus ya kalau enggak salah," kata Ines.

Ines mengatakan, yang masih menjadi pertanyaan hingga saat ini adalah apakah kasus penggumpalan darah muncul karena teknologinya, komposisinya, cara antigennya bekerja, atau yang lain.

"Ini masih belum didapat jawabannya karena namanya ilmu itu dinamis. Ada beberapa hipotesa, tapi belum didapat jawaban yang pasti," ungkap dia.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/06/16/110000023/apa-yang-dimaksud-vaksin-aman-padahal-tetap-ada-efek-sampingnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke