Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Lubang Hitam Supermasif di Galaksi Ini Membuat Ilmuwan Bingung

KOMPAS.com- Lubang hitam supermasif yang terus mengintai jantung beberapa galaksi terdeteksi para ilmuwan.

Sinyal keberadaan lubang hitam ini terus tertangkap radar astronom, namun seolah terus menghindar.

Lubang hitam supermasif di galaksi Bima Sakti sendiri memiliki massa 4 juta kali massa Matahari, contohnya M87 yang merupakan satu-satunya lubang hitam yang pernah dicitrakan secara langsung.

Lubang hitam tersebut menunjukkan skala pada 2,4 miliar massa matahari, dikutip dari Space, Sabtu (2/1/2021).

Galaksi besar di inti gugus Abell 2261, yang terletak sekitar 2,7 miliar tahun cahaya dari Bumi, seharusnya memiliki lubang hitam utama yang lebih besar.

Astronom memperkirakan monster pemakan cahaya itu bisa memiliki berat mencapai 3 miliar hingga 100 miliar massa Matahari. Namun, sejauh ini, objek eksotis tersebut telah menghindari deteksi.

Sepefrt saat para peneliti sebelumnya mencari sinar-X yang mengalir dari pusat galaksi, dengan menggunakan data yang dikumpulkan oleh Observatorium Sinar-X Chandra NASA pada 1999 dan 2004.

Sinar-X adalah tanda lubang hitam yang potensial. Saat material jatuh ke dalam mulut lubang hitam, maka ia akan berakselerasi dan menjadi sangat panas, sehingga memancarkan sinar-X berenergi tinggi.

Kendati demikian, perburuan tersebut tidak menghasilkan apa-apa.

Saat ini, sebuah studi baru telah melakukan pencarian sinar-X yang lebih dalam di galaksi yang sama dengan menggunakan pengamatan Chandra dari tahun 2018.

Upaya baru ini tidak hanya akan mencari pusat galaksi, kemungkinan juga dipertimbangkan bahwa lubang hitam terlempar ke pedalaman setelah peristiwa penggabungan galaksi monster.

Saat lubang hitam dan benda masif lainnya bertabrakan, maka mereka akan mengeluarkan emisi yang dikenal sebagai gelombang gravitasi.

Ilmuwan menjelaskan jika gelombang itu dipancarkan tidak simetris ke segala arah, maka mereka bisa mendorong gabungan lubang hitam supermasif dari pusat galaksi yang baru membesarkan.

"Deteksi lubang hitam supermasif yang ditemukan kembali akan menguatkan ilmuwan untuk menggunakan dan mengembangkan observatorium dalam mencari gelombang gravitasi dari penggabungan lubang hitam supermasif," tulis pejabat NASA dalam sebuah pernyataan.

Berharap pada teleskop James Webb

Pusat galaksi Abell 2261 adalah tempat yang baik untuk berburu unicorn seperti lubang hitam supermasif seperti itu.

Sebab, menurut peneliti, galaksi ini mengandung beberapa kemungkinan tanda-tanda penggabungan lubang hitam yang dramatis.

Misalnya, pengamatan oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble dan Teleskop Subaru di darat menunjukkan bahwa wilayah dengan kerapatan bintang tertinggi, jauh lebih besar dari yang diharapkan untuk sebuah galaksi seukurannya.

Dan patch bintang terpadat berjarak sekitar 2.000 tahun cahaya dari pusat galaksi, jaraknya sangat jauh.

Dalam studi baru, tim yang dipimpin oleh Kayhan Gultekin dari University of Michigan menemukan bahwa konsentrasi gas panas yang paling padat tidak berada di wilayah pusat galaksi.

Akan tetapi, teleskop Chandra milik NASA yidak mengungkapkan sumber sinar-X yang signifikan, baik di inti galaksi maupun yang berada pada gumapalan bintang yang lebih jauh. Jadi, misteri lubang hitam supermasif yang hilang tetap ada.

Peneliti meyakini bahwa misteri itu dapat dipecahkan oleh penerus Hubble, teleskop Luar Angkasa James Webb NASA yang besar dan kuat, yang dijadwalkan diluncurkan pada Oktober 2021

Apabila teleskop James Webb tidak menemukan lubang hitam di jantung galaksi atau salah satu gumpalan bintang yang jauh lebih besar, maka penjelasan terbaik adalah lubang hitam telah mundur jauh dari pusat galaksi.

Studi baru lubang hitam supermasif yang menghilang di pusat galaksi Abell 2261 ini telah diterima untuk diterbitkan dalam jurnal American Astronomical Society.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/01/02/190200123/lubang-hitam-supermasif-di-galaksi-ini-membuat-ilmuwan-bingung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke