Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Fakta Solstis Desember, Sebabkan Malam dan Siang Lebih Panjang

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyebutkan fenomena ini sebagai Solstis Desember.

Peneliti dari Pusat Sains Antariksa Lapan, Andi Pangeran dalam edukasains Lapan menjelaskan bahwa Solstis Desember adalah posisi ketika Matahari berada paling Selatan terhadap ekuator langit jika diamati oleh pengamat di permukaan Bumi.

"Sedangkan, jika diamati dari sembarang titik di luar angkasa, belahan Bumi bagian selatan akan terlihat 'mendekat' ke arah Matahari," kata Andi.

Solstis juga merupakan fenomena di mana gerak semu tahunan Matahari menjangkau kedudukan di atas Garis Balik Selatan (Tropic of Capricorn) atau garis lintang 23º 27' LS.

Oleh karena itu, kata Andi, pengamat yang berada di Garis Balik Selatan akan melihat Matahari tepat berada di atas kepala ketika tengah hari.

Solstis Desember

Andi menuturkan, fenomena solstis ini memiliki keunikan atau daya tarik tersendiri bagi para pengamatnya. Berikut 5 fakta menarik dari fenomena Solstis Desember.

1. Malam lebih panjang

Seperti diketahui, Solstis Desember merupakan posisi semu Matahari sepanjang tahun, termasuk kondisi terbit dan terbenamnya matahari.

Nah, pada Belahan Bumi bagian Utara (BBU), Solstis menyebabkan malam tampak lebih panjang daripada biasanya.

"Bagi pengamat yang berada di belahan Bumi bagian Utara, akan merasakan malam yang lebih panjang dibandingkan hari-hari lainnya. Bahkan, Matahari tidak pernah terbit di Kutub Utara ketika Solstis Desember," jelas Andi.

2. Siang lebih panjang

Tidak hanya berpengaruh terhadap keadaan malam yang dirasakan lebih panjang oleh masyarakat di Belahan Bumi Utara.

Bagi pengamat yang berada di Belahan Bumi bagian Selatan (BBS), akan merasakan siang yang lebih panjang dibandingkan hari-hari lainnya.

Bahkan, Matahari tidak pernah terbenam di Kutub Selatan ketika Solstis Desember terjadi.


3. Di Indonesia, Matahari seakan berpindah gradual

"Jika diamati dari Indonesia, maka sebelum winter solstice terjadi, Matahari seakan-akan berpindah gradual ke selatan dari hari ke hari," jelas Marufin Sudibyo, astronom amatir Indonesia kepada Kompas.com, Selasa (30/11/2020).

Namun, berikutnya mulai dari momen winter solstice terjadi, maka Matahari seakan-akan berbalik arah menjadi berpindah gradual ke utara dari hari ke hari. 

"Fenomena ini menjadi penanda puncak musim dingin astronomis di belahan Bumi utara dan sebaliknya puncak musim panas astronomis di belahan Bumi selatan," kata Marufin.

4. Pengaruh Musim Hujan di Indonesia

Kepala Bidang Diseminasi Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Emanuel Sungging menambahkan, biasanya Solstis Desember akan berpengaruh pada perubahan musim untuk di Indonesia.

"Makanya musim penghujan jatuhnya di bulan-bulan ini," ucap dia.

5. Puncak Solstis dan terbenamnya Matahari

Untuk diketahui, puncak Solstis Desember akan terjadi pada tanggal 21 Desember 2020, tepatnya pukul 17.02 WIB.

Baik pengamat di belahan Bumi bagian Utara maupun Selatan, akan mendapati Matahari terbit dari arah Timur-Tenggara dan terbenam dari arah Barat-Barat Daya.

Akan tetapi, bagi daerah berlintang tinggi di belahan Selatan, akan mendapat Matahari terbit dari arah Selatan-Tenggara dan terbenam dari arah Selatan-Barat Daya.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/12/21/170500123/5-fakta-solstis-desember-sebabkan-malam-dan-siang-lebih-panjang-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke