Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Meninggal karena Malanutrisi, Benarkah Diet Keto Berbahaya bagi Tubuh?

KOMPAS.com - Seorang pengguna Facebook mempublikasikan artikel tentang malanutrisi yang menyebabkan anak perempuan temannya meninggal setelah menjalani diet keto.

Akun Gembong Nurrasa menulis, malanutrisi yang dialami anak perempuan tersebut terjadi selama 6 bulan.

Selain itu, ternyata diet keto yang dijalani perempuan muda dalam posting tersebut sudah dilakukan hampir dua tahun.

Namun, setelah menjalani diet tersebut, tubuhnya mengalami gejala malanutrisi hingga hemoglobin (Hb) turun sampai 4 dan harus menjalani transfusi darah.

Gejala lain yang dialami antara lain berat badan turun, Gerd, detak jantung tidak stabil, bahkan paru-paru dilaporkan tergenang.

Menanggapi hal itu, ahli gizi komunitas Dr Tan Shot Yen mengatakan bahwa efek samping diet keto, semestinya tidak sampai separah itu.

"Mungkin, orang tersebut memiliki masalah (kesehatan) lain. Apalagi Hb sampai 4, ada cairan di paru. Saya malah curiga keganasan," kata dr Tan saat dihubungi Kompas.com, Kamis (17/12/2020).

Lantas, apa itu diet keto?

Menurut WebMD, ketogenic atau diet keto adalah diet rendah karbohidrat yang tujuannya, tubuh mendapatkan lebih banyak kalori dari protein dan lemak, tetapi dengan lebih sedikit karbohidrat.

Diet ini cenderung menyarankan untuk mengurangi karbohidrat yang mudah dicerna, seperti gula, soda, kue kering, dan roti putih.

Dr Tan menegaskan bahwa pada prinsipnya, manusia membutuhkan tiga unsur makronutrien, di antaranya karbohidrat, protein, dan lemak.

"Ketiga unsur makronutrien ini, seimbang dan dari sumber yang sehat. Ketiga makronutrien itu tidak bisa saling menggantikan," imbuh dr Tan.

Lebih lanjut dr Tan menegaskan bahwa diet keto tidak ada benarnya. Sebab, dalam diet ini, asupan karbohidrat diganti dengan protein dan lemak.

"Itu sama seperti tangki bensin yang mestinya diisi bensin, tapi diganti dengan oli. Fungsinya, kan, beda," kata dr Tan.

Pada intinya, badan harus menerima asupan yang semestinya. Dr Tan mengatakan, karbohidrat adalah sumber tenaga bagi tubuh, jika tidak ada karbohidrat, sumber lainnya dari protein atau lemak.

"Saat protein atau lemak dikonversi jadi gula, akan terjadi reaksi glukoneogenesis," jelas dr Tan.

Masalahnya, kebanyakan orang dengan bobot atau berat badan berlebih tidak mengatur jenis makanan yang dikonsumsi.

Dr Tan menegaskan bahwa karbohidrat bukan untuk dihindari, tetapi dipahami. Sumber karbohidrat dari nasi rafinasi, bila dikonsumsi akan langsung terurai menjadi gula darah.

"Akan tetapi, kan, (sumber karbohidrat lain) ada beras merah, ubi, singkong, kentang, jagung, talas, dan lain-lain," ungkap dr Tan.

Oleh sebab itu, dr Tan juga menyarankan agar makanan diimbangi dengan protein yang dimasak dengan sehat, bukan digoreng. Selain itu, lengkapi separuh piring dengan sayur dan buah.

"Kalau bisa makan yang benar, ngapain diet? Sehat itu kontributornya banyak, langsing itu bukan soal makanan saja," saran dr Tan.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/12/17/123700923/meninggal-karena-malanutrisi-benarkah-diet-keto-berbahaya-bagi-tubuh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke