Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bayi Lahir dengan Antibodi Covid-19, Ini Penjelasan Pakar Neonatologi

KOMPAS.com - Celine Ng-Chan, ibu asal Singapura melahirkan bayi laki-laki pada awal November 2020. Menariknya, meski Ng-Chan positif Covid-19 selama kehamilan, bayinya justru disebut memiliki antibodi Covid-19.

Setelah lahir, bayi yang diberi nama Aldrin ini dinyatakan sehat. Tidak ada virus corona SARS-CoV-2 terdeteksi dalam tubuhnya, justru Aldrin lahir dengan membawa antibodi virus corona.

"Dokter menduga saya telah mentransfer antibodi Covid-19 kepadanya (bayi) selama kehamilan," kata Ng-Chan kepada Straits Times.

Fenomena seperti ini merupakan sesuatu yang langka. Namun, apakah antibodi Covid-19 bisa ditransmisikan secara vertikal?

Menjawab pertanyaan tersebut, Kompas.com menghubungi konsultan neonatologi atau pakar perawatan medis bayi baru lahir, dr. Alifah Anggraini, MSc, SpAK.

Alifah mengatakan, sejauh ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum mengumumkan bahwa bahwa infeksi Covid-19 bisa ditularkan atau ditransmisikan secara vertikal.

"Pada berita tersebut, saya coba mencari berita asli tapi tidak jelas antibodi yang dimaksud adalah antibodi yang jenis apa," kata Alifah, Senin (30/11/2020).

Pakar Neonatologi dari divisi Perinatologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran-Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM)/Instalasi Maternal Perinatal RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta, itu menjelaskan bahwa secara umum ada dua jenis antibodi yang berperan dalam infeksi Covid-19.

Pertama, antibodi imunoglobulin M (IgM). IgM merupakan antibodi yang dia muncul pada awal terinfeksi. Jenis antibodi IgM tidak dapat ditransfer oleh si ibu melalui plasenta.

Sementara jenis antibodi yang kedua disebut imunoglobulin G (IgG). Antibodi IgG ini memang bisa ditransfer oleh ibu melalui plasenta.

"Nah, kalau yang dimaksud antibodi pada berita (ibu asal Singapura) adalah IgG, maka masih mungkin memang ibu mentransfer antibodinya," kata Alifah.

"Sedangkan jika yang dimaksud antibodi IgM, maka kemungkinan yang membentuk kekebalan IgM itu si bayi sendiri, sehingga bisa dicurigai si bayi terpapar virus Covid-19," imbuhnya.

Kendati demikian, sejauh laporan penelitian yang dibaca Alifah, belum ada bukti bahwa virus corona SARS-CoV-2 dapat ditularkan melalui plasenta atau yang dikenal sebagai penularan vertikal.

"Karena untuk membuktikannya, semestinya kita akan bisa menemukan virus di plasenta maupun cairan amnion," paparnya.

Berkaitan dengan berapa lama antibodi bertahan, Alifah pun belum mendapat referensi untuk menjawabnya.

Bayi lehar dengan antibodi Covid-19, apa artinya kebal virus corona SARS-CoV-2?

Alifah menjelaskan, dari banyak laporan terkait antibodi IgG yang diperiksa saat bayi lahir, kebanyakan bayi tidak mengalami gejala covid.

Namun, apakah kemudian si bayi akan kebal dengan Covid-19, Alifah mengatakan sejauh ini pengetahuan kita belum dapat menjawab hal tersebut.

Artinya, masih dibutuhkan banyak penelitian dan bukti ilmiah untuk menjawab hal tersebut.

Alifah pun mengatakan, pertanyaan apakah antibodi Covid-19 berarti akan membuat seseorang kebal juga berlaku untuk penyintas Covid-19 yang telah dinyatakan sembuh.

"Kenyataannya banyak di antara mereka (penyintas Covid-19) yang mengalami re-infeksi atau terinfeksi kembali," paparnya.

Ada beberapa penyakit yang sudah terbukti dapat terjadi penularan vertikal misalnya infeksi hepatitis B pada ibu, infeksi HIV pada ibu.

"Untuk covid-19, sejauh ini belum terbukti bisa menularkan secara vertikal," pungkasnya.

Penelitian

Studi yang terbit di Wiley Online Library, 22 Oktober 2020, melaporkan terkait kemungkinan penularan vertikal dan antibodi alami virus corona SARS-CoV-2 di antara bayi baru lahir dengan ibu Covid-19.

Studi tersebut menganalisis 517 studi, di mana 33 artikel memenuhi kriteria inklusi seperti tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi saat lahir.

Total ada 205 bayi yang lahir dari ibu positif Covid-19 yang dipelajari.

Secara keseluruhan, 6,3 persen (sekitar 13 bayi) dinyatakan positif Covid-19 saat lahir.

Dari 33 studi yang memenuhi syarat, enam studi melaporkan tentang antibodi imunoglobulin G/M (IgG/IgM) terhadap SARS-CoV-2.

IgG/IgM terdeteksi pada 90 persen bayi (10 dari 11 bayi) yang dites negatif untuk virus Covid-19. Kadar antibodi median yang terdeteksi adalah 75,49 AU/ml (kisaran, 7,25-140,32 AU/ml) dan 3,79 AU/ml (kisaran, 0,16–45,83 AU/ml), p=0,0041, masing-masing untuk IgG dan IgM.

Laporan tersebut menyimpulkan, bukti saat ini mengungkapkan kemungkinan rendah penularan vertikal Covid-19 dan antibodi terhadap virus corona SARS?CoV-2 terdeteksi di antara bayi yang terpajan secara vertikal tetapi negatif.

"Penelitian lebih lanjut tentang transmisi transplasental dan besarnya antibodi alami pada bayi yang lahir dari ibu dengan Covid-19 sangat diperlukan," tulis peneliti dalam laporannya.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/12/01/090238023/bayi-lahir-dengan-antibodi-covid-19-ini-penjelasan-pakar-neonatologi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke