Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Wacana Sekolah Tatap Muka di Bekasi, Epidemiolog Ingatkan Risiko Penularan Covid-19

KOMPAS.com- Kegiatan belajar tatap muka di tengah pandemi Covid-19 rencananya akan diberlakukan pemerintah Kota Bekasi.

Persiapan dibukanya kembali kegiatan belajar-mengajar (KBM) ini sedang dibahas Dinas Pendidikan Kota Bekasi.

Seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (11/11/2020), simulasi belajar tatap muka di sekolah telah dilakukan sebelumnya pada awal Agustus 2020 lalu.

Namun, setelah tiga hari berjalan, simulasi sekolah tatap muka saat pandemi Covid-19 dihentikan atas masukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Terkait rencana KBM tatap muka, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi berharap kegiatan tersebut dapat dilakukan kembali, mengingat tren penyebaran Covid-19 mulai menurun di kota ini.

"Kalau menurut saya, sekolah juga sudah bisa dilakukan. Daripada kondisi daring bikin anak-anak malas dan tidak bergerak," kata dia saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (9/11/2020).

Menanggapi hal ini, epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo mengatakan tak mempermasalahkan rencana persiapan belajar tatap muka di sekolah, asal tetap sesuai dengan protokol kesehatan.

Kendati demikian, Windhu mengatakan bahwa pelaksanaan KBM tatap muka di Kota Bekasi belum layak dilakukan, karena wilayah tersebut sampai saat ini masih dalam status level berisiko tinggi (zona merah).

"Belajar tatap muka baru bisa diaktifkan saat suatu daerah berada di zona hijau atau, kalau mau nekat, setidaknya zona kuning," kata Windhu saat dihubungi Kompas.com.

Lebih lanjut Windhu mengatakan zona kuning atau zona hijau apabila sudah stabil sekurang-kurangnya 4 minggu berturut-turut agar dapat disebut sebagai zona yang relatif aman.

Windhu mengingatkan persiapan pembukaan sekolah tatap muka tidak sekadar penerapan protokol kesehatan semata.

Sebab, protokol kesehatan Covid-19 di sekolah sangat mungkin untuk diawasi dan dikontrol.

"Tapi yang nyaris tidak mungkin diawasi adalah saat para siswa berangkat dari rumah ke sekolah, atau saat pulang sekolah," jelas Windhu.

Lebih lanjut Windhu menjelaskan bahwa di saat suatu zona masih merah atau oranye, maka di kawasan tersebut sangat berisiko tinggi terjadinya penularan.

"Siapa yang mengontrol sekaligus menjamin siswa tidak tertular di perjalanan, apalagi kalau siswa mampir-mampir ke berbagai tempat saat berangkat dan atau pulang," kata Windhu.

Jadi, masalah penularan Covid-19 saat kegiatan belajar tatap muka bukan hanya di sekolah, tetapi bagaimana proses menuju dan dari sekolah.

"Transportasi umum adalah salah satu tempat yang berisiko tinggi penularan Covid-19 bagi siswa," ungkap Windhu.

Potensi penularan Covid-19 di antara siswa saat sekolah tatap muka dibuka, dampaknya juga sangat berisiko terjadi di dalam rumah.

Sebab, menurut Windhu, siswa bisa membawa virus dari luar rumah kemudian menulari anggota keluarga lain di rumah. Hal ini dikhawatirkan dapat memunculkan klaster-klaster keluarga.

Windhu menambahkan klaster keluarga ini akan berbahaya apabila terdapat orang tua atau orang lanjut usia (lansia).

"Atau orang dengan komorbid yakni penyakit penyerta yang rentan dan berisiko tinggi terinfeksi Covid-19 parah yang dapat menyebabkan kematian," imbuh Windhu.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/11/11/183000223/wacana-sekolah-tatap-muka-di-bekasi-epidemiolog-ingatkan-risiko-penularan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke