Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi Awal, Vaksin Flu Dapat Kurangi Infeksi Virus Corona Covid-19

KOMPAS.com - Pejabat kesehatan AS mendesak orang Amerika untuk mendapatkan vaksin flu tahun ini.

Hal ini untuk menghindari terjadinya twindemic saat musim dingin, yakni situasi ketika influenza dan Covid-19 menyebar dan menginfeksi orang.

Selain alasan tersebut, mungkin ada alasan utama kenapa orang harus mendapat vaksin flu.

Sebuah studi terbaru yang dirilis sebagai pracetak dan belum ditinjau rekan sejawat menunjukkan bahwa vaksin flu tak hanya melawan virus influenza, tetapi juga dapat memicu tubuh untuk menghasilkan molekul melawan infeksi virus corona.

Makalah ini sejalan dengan beberapa penelitian terbaru lainnya yang diterbitkan dalam jurnal peer-review.

Namun, para peneliti mengingatkan bahwa penelitian ini masih pendahuluan dan perlu didukung oleh eksperimen yang lebih ketat.

Dalam studi baru, Mihai Netea, ahli imunologi penyakit menular di Radboud University Medical Center di Belanda, dan rekan-rekannya menyisir database rumah sakit tempat mereka bekerja.

Tim peneliti melihat apakah petugas medis yang mendapat vaksinasi flu selama 2019-2020 berpotensi besar atau kecil untuk terinfeksi virus corona SARS-CoV-2.

Dilansir Scientific American, Selasa (27/10/2020), para peneliti menemukan bahwa petugas medis yang menerima vaksin flu, 39 persen lebih kecil kemungkinannya positif virus corona pada 1 Juni 2020.

Sementara itu, 2,23 persen petugas medis yang tidak divaksin pernah positif Covid-19, dan hanya 1,33 persen yang divaksin flu, tetapi tetap positif Covid-19.

Netea dan timnya mengunggah temuan mereka di server pracetak MedRxiv pada 16 Oktober 2020.

Namun, temuan ini tidak membuktikan bahwa vaksin flu mencegah Covid-19.

"Ini adalah studi yang menarik, tetapi tidak memberikan bukti pasti,” kata Ellen Foxman, ahli imunobiologi dan ahli patologi klinis di Yale School of Medicine.

Vaksin flu dapat melindungi diri dari infeksi Covid-19 mungkin dipengaruhi faktor eksternal.

Sebagai contoh, orang yang mendapat vaksin flu mungkin lebih sadar kesehatan dan lebih cenderung mengikuti pedoman pencegahan Covid-19 daripada orang yang tidak divaksinasi.

Hal ini pun dibuktikan dengan catatan menyeluruh yang didapat Netea, di mana perilaku secara keseluruhan berdampak pada kemungkinan terinfeksi virus corona SARS-CoV-2 atau tidak.

Studi seperti ini, yang menemukan korelasi antara perilaku dan hasil, tidak dapat menetapkan sebab dan akibat.

"Menentukan apakah suntikan flu benar-benar mencegah Covid-19 membutuhkan uji klinis besar pada tingkat populasi (umum),” kata Maziar Divangahi, ahli imunologi paru di Institut Penelitian Pusat Kesehatan Universitas McGill.

Netea mengakui hal yang dikatakan Divangahi.

Namun, menurutnya, uji klinis semacam itu memerlukan kelompok subyek kontrol yang dipilih secara acak untuk tidak mendapat vaksin flu.

"Itu tidak etis," ucap Netea.

Eksperimen laboratorium

Netea dan timnya juga melakukan eksperimen laboratorium yang menyarankan bagaimana suntikan flu dapat mencegah infeksi virus corona.

Pertama, mereka memurnikan sel darah yang diambil dari individu yang sehat.

Kemudian mereka memaparkan beberapa sel ke vaksin flu Vaxigrip Tetra, yang dibuat oleh Sanofi Pasteur, dan membiarkan sel-sel tersebut tumbuh selama enam hari.

Setelah itu, para peneliti memaparkan sel tersebut ke SARS-CoV-2 dan menganalisisnya satu hari kemudian.

Sel-sel yang pertama kali dipasangi vaksin flu menghasilkan lebih dari beberapa jenis molekul kekebalan melawan virus, yang dikenal sebagai sitokin, dibandingkan yang tidak terpapar vaksin.

Meskipun molekul semacam itu dapat merusak ketika diproduksi di akhir perjalanan pasien Covid-19 pasien dan dapat memicu badai sitokin yang dapat merusak banyak organ tubuh, sitokin yang diproduksi di awal proses infeksi sangat membantu

"Molekul semacam ini menyingkirkan patogen, membuat infeksi lebih ringan," ujar Divangahi.

Vaksin lain dengan Covid-19

Mungkin tampak tidak masuk akal bahwa vaksin yang dirancang untuk melindungi dari satu infeksi juga dapat melindungi infeksi lain.

Namun semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa hal ini sebenarnya terjadi melalui proses yang disebut "imunitas bawaan terlatih".

Vaksin diketahui bekerja dengan menstimulasi sistem kekebalan adaptif, menyebabkan tubuh membuat antibodi yang dapat mengenali dan menyerang patogen tertentu jika ditemukan kembali.

Tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa beberapa vaksin juga melatih sistem kekebalan bawaan tubuh yang bekerja lebih cepat dan kurang spesifik, meningkatkan kemampuannya untuk melawan berbagai jenis infeksi.

Vaksin tampaknya mencapai prestasi ini dengan memprogram ulang sel punca yang memunculkan sel yang terlibat dalam respons imun bawaan awal ini.

"Ada bukti dari literatur bahwa kekebalan bawaan memang ada dan dapat menawarkan perlindungan yang luas, dengan cara yang tidak terduga, terhadap patogen lain selain dari apa yang dirancang untuk melawan vaksin tersebut,” kata Foxman.

Vaksin lain dan Covid-19

Meskipun hasilnya secara keseluruhan beragam, penelitian terbaru lainnya telah mengaitkan vaksin flu — serta vaksin lain — dengan risiko Covid-19 yang lebih rendah.

Dalam dua makalah, satu yang diterbitkan dalam jurnal Vaccines pada bulan September dan di Journal of Medical Virology pada bulan Juni, para peneliti menemukan bahwa tingkat Covid-19 lebih rendah pada orang berusia 65 tahun ke atas yang telah divaksin flu. Studi dilakukan di wilayaj Italia.

Pada makalah pracetak yang dirilis di bulan Juli, para peneliti di Mayo Clinic dan referensi perusahaan komputasi biomedis menemukan bahwa orang dewasa yang telah menerima vaksin untuk flu, polio, cacar air, campak-gondok-rubella (MMR), Haemophilus influenzae tipe B (Hib), hepatitis A atau B, atau penyakit pneumokokus selama lima tahun terakhir lebih kecil kemungkinannya untuk positif Covid-19 dibandingkan orang yang tidak menerima satupun vaksin.

Sekarang belasan uji klinis di seluruh dunia sedang dilakukan untuk menentukan apakah vaksin bacillus Calmette-Guérin (BCG) melawan tuberkulosis dapat melindungi diri dari Covid-19.

BCG telah dikaitkan dengan penurunan risiko infeksi dan kematian anak secara keseluruhan bahkan ketika tuberkulosis tidak menyebar di wilayah tertentu.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/11/03/080300123/studi-awal-vaksin-flu-dapat-kurangi-infeksi-virus-corona-covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke