Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pro-Kontra Kemasan Sekali Pakai, Dokter: Masa Pandemi Covid-19 Ini Kita Masih Butuh

KOMPAS.com- Akibat dari pandemi Covid-19, selain meningkatkan jumlah kasus infeksi, ternyata juga meningkatkan permintaan kemasan sekali pakai (single-use).

Hal ini berkaitan dengan regulasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), larangan makan di tempat, sehingga makanan pesan-antar menjadi pilihan, pemesanan barang melalui daring dan dikemas menggunakan plastik sekali pakai juga meningkat.

Di sisi lain, banyak pihak juga menginginkan adanya pelarangan terhadap produksi dan penggunaan kemasan atau plastik sekali pakai, yang dianggap sebagai sumber dari kerusakan lingkungan.

Menyikapi persoalan penggunaan produk sekali pakai ini dari aspek kesehatan dan medis, praktisi medis Dr Kardiana Dewi SpKK menyampaikan bahwa persoalan ini berkaitan dengan karakter cross contamination Covid-19.

"Virus ini memiliki karakter penyebaran cross contamination atau kontaminasi silang," kata Kardiana dalam diskusi daring bertajuk Apakah Single-use Plastic Ban Merupakan Solusi dari Masalah Lingkungan di Indonesia?, Selasa (29/9/2020).

Untuk diketahui, cross contamination atau kontaminasi silang ini juga dimaksudkan terjadinya pencemaran makanan, bisa melalui kontaminasi di peralatan maupun area pengolahan makanan tersebut.

Hal ini, kata dia, bisa berarti proses berpindahnya virus secara tidak sengaja dari suatu benda atau seseorang ke benda lainnya, yang kemudian berpindah lagi ke seseorang ketika terjadi kontak fisik.

"Sehingga, menjaga kesehatan di tengah pandemi Covid-19 dengan karakter kontaminasi silang tersebut, memang mengharuskan kita untuk ekstra higienis dan berhati-hati, terutama bagi mereka yang berkegiatan di luar rumah," ujarnya.

Oleh karena itu, Kardiana mengingatkan, saat masuk ke rumah, kalau bisa barang yang dibawa dari luar tidak masuk ke dalam, dalam hal ini seperti tas belanja.

Sebab, seperti diketahui bahwa virus corona, SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 ini dapat bertahan hidup di permukaan benda, bisa dalam waktu hitungan jam bahkan hari.

Sehingga, kita harus lebih rajin membersihkan permukaan berbagai barang sehari-hari yang sering disentuh, rentan terkontaminasi atau berpotensi menjadi sumber penularan dengan menggunakan disinfektan.

Adapun, keadaan inilah yang membuat Kardiana yakin bahwa dalam aktivitas sehari-hari dan di dunia medis sekalipun penggunaan produk kemasan single-use menjadi yang paling disarankan.

Hal itu dilakukan untuk menjaga higienitas di tengah pandemi virus corona ini untuk meminimalisir risiko terpapar virus, karena sekali pakai-buang.

Risiko kontaminasi bakteri ataupun virus dari produk sekali pakai yang sudah dipakai dan dibuang akan meminimalisir penularan terhadap permukaan benda-benda lainnya.

Beberapa barang atau perlengkapan keseharian petugas medis juga mayoritas menggunakan alat single-use, termasuk pada Alat Pelindung Diri (APD) dan single-use surgical mask (masker bedah) yang menjadi sangat krusial di masa pandemi ini.

"Mungkin yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pengunaan produk single-use ini pembuangannya bisa di-manage (atur) dengan baik," ujarnya.

Karena, beberapa produk single-use banyak yang bisa diolah atau di daur ulang lagi secara baik dengan teknologi yang tepat, dan tidak seharusnya berakhir menumpuk bukan di tempat sampah atau tempat mengolah daur ulang, jika dibuang terpisah dan pada tempat yang tepat alias tidak sembarangan.

"Kita nggak bisa melarang produk single-use (kemasan sekali pakai) karena kita masih butuh dan cukup higienis di masa pandemi Covid-19 ini. Masker bedah itu juga dari plastik single-use," kata dia.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/10/01/183100223/pro-kontra-kemasan-sekali-pakai-dokter--masa-pandemi-covid-19-ini-kita

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke