Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

AI Disebut Revolusi dalam Kajian Luar Angkasa, Kok Bisa?

KOMPAS.com - Kecanggihan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dianggap sangat menjanjikan dalam memenuhi rasa keingintahuan dan target pencapaian manusia.

AI merupakan kecerdasan buatan yang sengaja diciptakan selayaknya kemampuan manusia. Bahkan pada beberapa kondisi, AI bisa melampaui batas wajar kemampuan yang dimiliki manusia, termasuk yang menciptakan teknologi AI itu sendiri.

Salah satu bidang yang mendapatkan manfaat secara signifikan dari kemampuan AI ini adalah penelitian atau kajian-kajian sains mengenai kehidupan dalam tata surya dan ruang angkasa.

Kepala AI Group dan Ilmuwan Riset Senior di Laboratorium Populasi Jet Cal Inst Tech NASA, Steve Chien, berkata bahwa sebenarnya, AI dalam kajian ruang angkasa dan tata surya adalah sebuah revolusi penting.

"AI ini mendukung dan akan menjadi kesempatan bagi kita melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan manusia terkait ruang angkasa," kata Steve dalam dalam acara EmTech Asia 2020 yang diselenggarakan oleh Koelnmesse Pte Ltd dan MIT Technology Review, Rabu (5/8/2020).

Steve menyebutkan, dahulu sebelum adanya kecerdasan buatan AI ini, untuk melakukan penelitian atau kajian langsung ke benda-benda dalam tata surya selain Bumi merupakan hal yang paling sulit untuk dilakukan.

Akan tetapi, dengan AI secara perlahan tantangan-tantangan kesulitan itu mulai dapat dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan saat ini.

Ia mencontohkan, dahulu mungkin untuk bisa pergi ke bintang atau planet-planet lain seperti Mars saja sangat susah. Manusia hanya bisa mengamatinya dari Bumi dan mengkajinya melalui data yang didapatkan dari hasil pengamatan tersebut.

Namun, dengan adanya sistem AI, hal yang dulunya susah bisa jadi mungkin sekali untuk dilakukan sekarang. Tentunya dengan berdasarkan pertimbangan data-data yang tidak bias.

Steve mengatakan, AI juga penting untuk pencarian kehidupan di luar Bumi, serta memegang peranan kunci dalam konsep misi Eropa Submersible dan Insterstellar untuk berburu kehidupan di dalam tata surya kita dan sekitarnya.

Seperti yang diketahui, pada saat ini ada banyak ilmuwan antariksa dari berbagai negara yang berlomba-lomba mencapai Mars. Planet merah tersebut bahkan digadang-gadang akan menjadi rumah kedua manusia selain Bumi.

Dengan memanfaatkan AI, para ilmuwan bisa meluncurkan roket berpenumpang ataupun tidak berpenumpang ke Bulan, Mars dan objek-objek luar angkasa lainnya.

"Itulah kenapa kita butuh AI," ujarnya.

Tidak hanya itu, dalam pesawat ruang angkasa, AI ini digunakan untuk berbagai hal termasuk:

- Mendeteksi fenomena-fenomenan sains di daratan Bumi

- Melakukan triase atau proses menentukan prioritas perawatan pasien

- Mengatur sejumlah besar data sains terkait ruang angkasa

- Mengoperasikan misi ruang angkasa

- Membantu para ilmuwan menemukan data dari pekerjaan terkait.

Kendati demikian, AI juga memiliki kecenderungan keliru dalam implementasinya.

Hal itu bisa terjadi karena AI sangat bergantung kepada data yang tidak bias dan model berserta objektivitas dalam proses penciptaannya sampai aplikatif ke persepsi tindakan AI tersebut.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/08/06/190600823/ai-disebut-revolusi-dalam-kajian-luar-angkasa-kok-bisa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke