Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr M Subhan SD
Direktur PolEtik Strategic

Direktur PolEtik Strategic | Founder Mataangindonesia Social Initiative | msubhansd.com | mataanginsaguling.com

Manusia Termulia, Kisah Teladan di Balik Wafatnya Nabi Muhammad SAW

Kompas.com - 13/05/2021, 12:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TATKALA Nabi Muhammad SAW wafat, banyak yang tak percaya. Nabi adalah manusia termulia, utusan Allah, pembawa wahyu untuk seluruh umat manusia.

Umar bin Khattab pun tak percaya. Ia menduga Nabi sedang pingsan. Umar sampai berbicara keluar masjid yang didengar banyak orang. Semua gundah. Semua pilu. Semua kebingungan.

Mereka hidup bersama Nabi, menyaksikan kehidupannya, mendengar tutur katanya yang lembut, menyaksikan kesantuan perilakunya. Para wanita memukul-mukul muka sendiri.

Di luar Umar terus berbicara di depan banyak orang bahwa Nabi hanya pergi kepada Tuhan seperti Nabi Musa yang menghilang dari tengah-tengah umatnya selama 40 hari.

Baca juga: Hikmah Ramadhan: Antara Mudik 2021 dan Prokes di Zaman Nabi Muhammad SAW

Abu Bakar Ash-Shiddiq tiba di rumah Aisyah, di mana Nabi wafat. Abu Bakar memperhatikan Nabi. Diangkatnya kepala Nabi.

“Alangkah sedapnya di waktu engkau hidup, alangkah sedapnya pula di waktu engkau wafat,” kata Abu Bakar setelah memperhatikan paras Nabi, “Maut yang sudah ditentukan Tuhan kepadamu sekarang sudah sampai kaurasakan. Sesudah itu takkan ada lagi maut menimpamu.”

Abu Bakar meletakkan kembali kepala Nabi di bantal. Ia keluar rumah. Ia mendapati Umar masih terus meyakinkan banyak orang bahwa Nabi tidak meninggal.

“Sabar, sabarlah Umar! Dengarkan!” kata Abu Bakar. Tetapi Umar tak mau diam. Umar yang tegas itu seperti kehilangan tenaga. Ia tak percaya Nabi telah wafat.

Haekal (1984) mengisahkan, Abu Bakar lalu berbicara,”Saudara-saudara!” Orang-orang mulai beralih memperhatikan Abu Bakar, orang yang jujur.

“Barang siapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah meninggal. Tetapi barangsiapa mau menyembah Tuhan, Tuhan hidup selalu tak pernah mati,” kata Abu Bakar. 

Kemudian Abu Bakar membacakan firman Allah: “Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran: 144).

Umar yang mendengar ayat yang dibacakan Abu Bakar itu itu langsung lunglai. Tubuhnya jatuh tersungkur ke tanah.

Baca juga: Hikmah Ramadhan: Piramid, Tempat Firaun Melihat Tuhan?

Kedua kakinya tak bertenaga, tak mampu lagi menopang tubuhnya ketika dia benar-benar menyadari bahwa Nabi telah wafat.

Betapa pedihnya Umar dan kaum Muslim ketika benar-benar ditinggal Nabi. Mereka hidup bersama, belajar langsung pada Nabi.

Sebuah pengalaman luar biasa yang nyaris sulit diungkapan dengan untaian kata-kata sekalipun. Seorang Nabi, tetapi Muhammad menunjukkan manusia yang sangat mulia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Ramadhan
Ramadhan Momentum Mengenalkan 'Halal Lifestyle' bagi Anak

Ramadhan Momentum Mengenalkan "Halal Lifestyle" bagi Anak

Ramadhan
Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Ramadhan
'Ekspedisi Batin' Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

"Ekspedisi Batin" Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

Ramadhan
Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Ramadhan
Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan
Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Ramadhan
Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan
Merengkuh Kemenangan Sejati

Merengkuh Kemenangan Sejati

Ramadhan
Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Ramadhan
Keistimewaan Puasa Ramadhan

Keistimewaan Puasa Ramadhan

Ramadhan
Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Ramadhan
Mudik Berkemajuan

Mudik Berkemajuan

Ramadhan
Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Ramadhan
Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Ramadhan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
icon-calculator

Kalkulator Zakat

Rp.
Rp.
Rp.
Minimal Rp6.644.868 per bulan
ornament calculator
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com