Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hikmah Ramadhan: Maaf...

Kompas.com - 24/05/2020, 00:42 WIB
Dr M Subhan SD,
Amir Sodikin

Tim Redaksi

BILAL bin Rabah (580-640), muadzin bersuara merdu itu, meradang.

Dalam sebuah pertemuan, Abu Dzar Al-Ghifari (wafat 653 M) berkata rasis padanya, “Engkau juga anak orang berkulit hitam menyalahkanku.”

Abu Dzar tidak suka omongannya dibantah Bilal. Sahabat berkulit hitam itu pun mengadu ke Rasulullah SAW.

Setelah kata-kata Bilal berakhir, roman muka Nabi Muhammad SAW berubah. Sementara Abu Dzar juga buru-buru menemui nabi di masjid.

“Ada apa dengan ibunya sehingga engkau menjelekkannya. Sungguh pada dirimu ada kejahiliyaan,” ujar Nabi.

Baca juga: Hikmah Ramadhan: Puasa dan Fitrah Sebagai Negarawan

Abu Dzar menangis memohon ampun kepada Allah. Dia buru-buru mencari Bilal. Di tengah jalan mereka bertemu.

Saking merasa bersalah, Abu Dzar sampai menempelkan pipinya ke tanah seraya mengatakan takkan mengangkat hingga Bilal menginjaknya. Ia merasa orang paling hina. Ia meminta maaf.

Giliran Bilal yang menangis. Ia tak tahan melihat sahabatnya sampai begitu rupa mengekspresikan kesalahan.

Ia mengangkat tubuh Abu Dzar dan memeluknya. “Demi Allah aku takkan menginjak wajah yang pernah sujud kepada Allah,” kata Bilal. Mereka saling memaafkan.

Apakah kita punya sepotong hati seperti Bilal dan Abu Dzar?

Kata orang bijak, salah adalah tempatnya manusia. Tetapi meminta maaf dan terlebih lagi memaafkan adalah tabiat orang berjiwa besar.

Baca juga: Hikmah Ramadhan: Pesan Solidaritas Sosial di Hari Kemenangan Idul Fitri

Di negeri tercinta ini, bau pertikaian begitu menusuk hidung. Mulai urusan pribadi hingga persoalan politik.

Saling sengketa, saling serang, saling fitnah, saling benci, saling lapor polisi. Politik identitas pun sangat instrumentalis.

Padahal politik adalah tempat persemaian perbuatan untuk kebaikan bersama (bonum commune). Bukan menjadi arena pertarungan gladiator dengan penonton yang histeris.

Di tengah bangsa majemuk ini, perbedaan adalah rahmat. Yang perlu diperkokoh adalah semangat toleran dan pertalian silaturahmi sesama anak bangsa.

Mari merajut sisi persamaannya, jangan membesarkan sisi perbedaannya. Dan, Idul Fitri ini adalah momentum yang pas untuk saling memaafkan, walaupun bisa dilakukan kapan saja.

Tetapi jangan sampai sudah tiba Idul Fitri kita masih tidak saling memaafkan pula. Bukankah Idul Fitri adalah hari kemenangan melawan hawa nafsu setelah sebulan berpuasa?

Baca juga: Hikmah Ramadhan: Egoisme vs Altruisme

Memohon maaf dan memaafkan adalah sifat manusia yang menang atas nafsunya, yang telah mengalami pembebasan.

Memang, tahun ini terasa berbeda karena pandemi Covid-19 sehingga kita menjalankan kenormalan baru (new normal), termasuk silaturahmi dan halal bihalal secara virtual.

Namun, manusia itu memiliki kemampuan adaptasi luar biasa. Maka tebarkan kasih sayang di antara manusia dan makhluk lainnya, termasuk tidak berpotensi mencelakakan orang lain dengan abai terhadap protokol penanganan pandemi Covid-19 ini.

Dengan begitu, insya Allah bumi dan langit akan dipenuhi jiwa-jiwa yang suci kembali.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1441 Hijriyah. Taqabbalallahu minna wa minkum, ja’alana minal aidin wal fa’izin. Mohon maaf lahir dan batin. (M Subhan SD)

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Ramadhan
Ramadhan Momentum Mengenalkan 'Halal Lifestyle' bagi Anak

Ramadhan Momentum Mengenalkan "Halal Lifestyle" bagi Anak

Ramadhan
Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Ramadhan
'Ekspedisi Batin' Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

"Ekspedisi Batin" Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

Ramadhan
Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Ramadhan
Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan
Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Ramadhan
Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan
Merengkuh Kemenangan Sejati

Merengkuh Kemenangan Sejati

Ramadhan
Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Ramadhan
Keistimewaan Puasa Ramadhan

Keistimewaan Puasa Ramadhan

Ramadhan
Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Ramadhan
Mudik Berkemajuan

Mudik Berkemajuan

Ramadhan
Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Ramadhan
Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Ramadhan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
icon-calculator

Kalkulator Zakat

Rp.
Rp.
Rp.
Minimal Rp6.644.868 per bulan
ornament calculator
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com