Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr M Subhan SD
Direktur PolEtik Strategic

Direktur PolEtik Strategic | Founder Mataangindonesia Social Initiative | msubhansd.com | mataanginsaguling.com

Hikmah Ramadhan: Bangsa Ngeyelan

Kompas.com - 16/05/2020, 13:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh M Subhan SD*

SEWAKTU diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih seekor sapi betina, Bani Israil terus mempertanyakan.

Mereka meminta Nabi Musa, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang (sapi betina) itu."

Musa menyampaikan jawaban Allah, "...sapi betina itu tidak tua dan tidak muda, (tetapi) pertengahan antara itu".

 

Namun Bani Israil bertanya lagi, apa warna sapi itu? Kembali Musa menyampaikan jawaban Allah, "Sapi betina yang warnanya kuning tua, yang menyenangkan orang-orang yang memandangnya".

Baca juga: Hikmah Ramadhan: Peradaban Bangsa

Masih saja Bani Israil bertanya lagi, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang (sapi betina) itu."

Jawaban Allah yang disampaikan Musa, "...(sapi) itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak (pula) untuk mengairi tanaman, sehat, dan tanpa belang."

Petugas di Cek Poin Pelabuhan Merak menggagalkan aksi mudik sepasang suami istri yang menyembunyikan mobil pribadinya di atas truk, Minggu (3/5/2020)Dok. Polres Cilegon Petugas di Cek Poin Pelabuhan Merak menggagalkan aksi mudik sepasang suami istri yang menyembunyikan mobil pribadinya di atas truk, Minggu (3/5/2020)
Kisah Bani Israil itu tercantum jelas dalam Al Quran Surat Al-Baqarah ayat 67-71. Bani Israil adalah bangsa yang banyak tanya, suka membantah, ngeyelan, bandel, sering melanggar.

Ngeyel itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tidak mau mengalah, ingin menang sendiri.

Karena suka ngeyel, hal sederhana menjadi rumit, persoalan kecil malah jadi besar, perkara gampang justru jadi ribet dan sulit.

Tabiat ngeyelan itu juga banyak ditemui di sekeliling kita. Bahkan sudah lama kita lihat di televisi atau media sosial: tabiat sulit diberitahu, suka berbantah-bantahan, ingin menang sendiri.

Baca juga: Hikmah Ramadhan: Umur Manusia dan Lailatul Qadar

Bahkan di tingkat elite, kebijakan publik pun dibahas dan diputuskan walau diprotes masyarakat, bahkan di masa pandemi Covid-19. Tabiat ngeyelan tidak sensitif dan tidak takut risiko masif bahaya Covid-19.

Pada Maret 2020 lalu, Italia menjadi korban pandemi terbesar. Salah satunya karena mereka tidak disiplin mengisolasi diri.

Anak-anak muda tetap saja kelayapan. Korea Selatan justru korban sedikit karena disiplin tinggi, setelah kasus di gereja Shincheonji di Daegu yang membolehkan orang sakit tetap beribadah.

Sebuah truck towing diamankan di pintu exit tol Ngawi karen amembawa 8 pemudik dari Jakarta. Mreka rencananya ke 8 penjual beras di Jakarta tersebut akan mudik ke Madura.KOMPAS.COM/DOK POLRES NGAWI Sebuah truck towing diamankan di pintu exit tol Ngawi karen amembawa 8 pemudik dari Jakarta. Mreka rencananya ke 8 penjual beras di Jakarta tersebut akan mudik ke Madura.
Di mana-mana gereja dan masjid akhirnya tutup -- walau banyak protes pula -- setelah ditemukan sejumlah jemaah positif virus corona.

Sudah diberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tapi masih banyak saja orang berkeliaran, tanpa masker pula.

Banyak orang ngotot mudik walau sudah dilarang dan ada denda. Mereka kucing-kucingan: naik truk sembako hingga ngumpet di bagasi mobil.

Ah, ternyata ngeyelan itu tabiat yang sudah sangat tua, sejak sekitar pertengahan milenium ke-2 Sebelum Masehi.

Demi kebaikan bersama, janganlah menjadi bangsa yang ngeyelan. Di masa silam, Bani Israil yang ngeyelan dan bandel itu, langsung dikutuk menjadi kera yang hina (QS Al-Baqarah: 65; QS Al-Araf: 166). Mari kita ber-istighfar! (M Subhan SD | Direktur PolEtik Strategic)

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Ramadhan
Ramadhan Momentum Mengenalkan 'Halal Lifestyle' bagi Anak

Ramadhan Momentum Mengenalkan "Halal Lifestyle" bagi Anak

Ramadhan
Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Ramadhan
'Ekspedisi Batin' Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

"Ekspedisi Batin" Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

Ramadhan
Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Ramadhan
Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan
Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Ramadhan
Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan
Merengkuh Kemenangan Sejati

Merengkuh Kemenangan Sejati

Ramadhan
Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Ramadhan
Keistimewaan Puasa Ramadhan

Keistimewaan Puasa Ramadhan

Ramadhan
Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Ramadhan
Mudik Berkemajuan

Mudik Berkemajuan

Ramadhan
Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Ramadhan
Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Ramadhan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
icon-calculator

Kalkulator Zakat

Rp.
Rp.
Rp.
Minimal Rp6.644.868 per bulan
ornament calculator
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com