Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hikmah Ramadhan: Nuzulul Quran dan Turunnya Wahyu Pertama

Nabi sering menyendiri ke gua Hira setelah mendapatkan tanda-tanda wahyu lewat mimpi baik. Pengasingan diri atau khalwat atau tahannuth adalah latihan-latihan spiritual penuh disiplin, yang juga sudah ada dalam tradisi-tradisi religius lainnya (Armstrong, 2001).

Nabi kembali ke rumah ketika bekal habis. Setelah mengambil perbekalan yang disiapkan Khadijah, sang istri, lalu Nabi balik lagi ke gua Hira.

Sampai suatu waktu didatangi malaikat Jibril. “Bacalah!” kata Jibril. “Aku tidak pandai membaca,” jawab Nabi.

Kala itu Nabi memang tak bisa baca dan tulis (ummi). Nabi malah ditarik dan didekap Jibril sampai kepayahan dan sulit bernapas.

Jibril mengulangi lagi, “Bacalah!”. Nabi tetap menjawab, “Aku tidak pandai membaca”.

Kemudian Jibril kembali mendekap, Nabi kembali kepayahan. “Bacalah!” Jibril mengulangi lagi. Tetapi Nabi tetap menjawab, “Aku tidak pandai membaca.”

Jibril kembali mendekap Nabi untuk ketiga kalinya. Begitu melepaskan tubuh Nabi, Jibril mengatakan, “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Demi Tuhanmu Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Itulah bagian awal Surat Al-Alaq (surat ke-96). Nabi menggigil ketakutan. Nabi pulang ke rumah.

“Selimuti aku, selimuti aku! Sesungguhnya aku cemas atas diriku (akan binasa),” kata Nabi kepada Khadijah.

Khadijah menenangkan, “Jangan takut ! Demi Allah Tuhan sekali-kali tidak akan membinasakan Anda. Anda selalu menghubungkan tali persaudaraan, membantu orang sengsara, mengusahakan barang keperluan yang belum ada, memuliakan tamu, menolong orang kesusahan karena menegakkan kebenaran.”

Khadijah pun membawa Nabi menemui sepupunya, Waraqah bin Naufal, imam Nasrani. Setelah mendengar kisah Nabi di gua Hira, Waraqah berkata, “Inilah Namus (malaikat) yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa. Semoga saya masih hidup ketika itu, yaitu ketika Anda diusir oleh kaum Anda.”

“Apakah mereka akan mengusirku,” tanya Nabi. “Belum pernah seorang pun yang diberi wahyu seperti Anda yang tidak dimusuhi orang. Apabila saya masih mendapati hari itu, niscaya saya akan menolong Anda sekuat-kuatnya,” kata Waraqah yang tak lama kemudian meninggal.

Wahyu turun tidak selamanya dalam bentuk verbal. Terkadang berupa suara yang datang dari langit atau seperti bunyi lonceng.

Nabi harus berpikir keras memahami isi wahyu tersebut. “Kadang-kadang wahyu datang kepadaku (kedengaran) seperti bunyi lonceng . Itulah yang sangat berat bagiku. Setelah bunyi itu berhenti, lantas aku mengerti apa yang dikatakannya,” kata Nabi.

Peristiwa turun wahyu adalah situasi atau momen yang begitu berat dan sulit dirasakan Nabi. Bahkan Aisyah bercerita, pernah Nabi menerima wahyu pada suatu hari di musim dingin sekali. Tetapi Aisyah melihat sekujur tubuh Nabi terlihat bermandi keringat. (M Subhan SD)

 

https://www.kompas.com/ramadhan/read/2021/05/03/050207272/hikmah-ramadhan-nuzulul-quran-dan-turunnya-wahyu-pertama

Terkini Lainnya

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Ramadhan
Ramadhan Momentum Mengenalkan 'Halal Lifestyle' bagi Anak

Ramadhan Momentum Mengenalkan "Halal Lifestyle" bagi Anak

Ramadhan
Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Ramadhan
'Ekspedisi Batin' Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

"Ekspedisi Batin" Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

Ramadhan
Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Ramadhan
Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan
Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Ramadhan
Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan
Merengkuh Kemenangan Sejati

Merengkuh Kemenangan Sejati

Ramadhan
Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Ramadhan
Keistimewaan Puasa Ramadhan

Keistimewaan Puasa Ramadhan

Ramadhan
Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Ramadhan
Mudik Berkemajuan

Mudik Berkemajuan

Ramadhan
Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Ramadhan
Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Ramadhan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke