BAURAN energi primer di Indonesia saat ini masih didominasi pembangkit listrik yang berasal dari energi fosil yang dikategorikan sebagai sumber energi tidak ramah lingkungan.
Hal ini disebabkan karena proses pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan emisi karbon yang berkontribusi terhadap pemanasan global dan perubahan iklim yang kita alami saat ini.
Ketika bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, atau gas alam dibakar, karbon di dalamnya bereaksi dengan oksigen di udara yang akan menghasilkan emisi gas rumah kaca.
Oleh karena itu, pengalihan penggunaan bahan bakar fosil ke sumber energi baru dan terbarukan (EBT) yang lebih bersih dan berkelanjutan guna mengurangi emisi karbon dan memitigasi dampak pemanasan global menjadi concern penting bagi berbagai negara di dunia termasuk Indonesia.
Presiden RI Joko Widodo dalam sambutannya pada kegiatan jajak pasar Ibu Kota Nusantara (IKN): Sejarah Baru Peradaban Baru, 18 Oktober 2022 menyatakan dengan jelas bahwa “kepindahan Ibu Kota Negara ke Nusantara, bukan hanya fisiknya yang ingin kita pindahkan, tetapi yang ingin kita bangun adalah budaya kerja baru, cara pikir baru, dan membentuk IKN sebagai basis ekonomi baru. Indonesia sebagai negara besar harus berani melangkah dan jika tidak berani untuk bertransformasi dari sekarang, sampai kapanpun kita akan sulit jadi negara maju.”
Dalam konteks transformasi, Presiden juga menyampaikan bahwa pembangunan IKN di Kalimantan Timur akan mengedepankan konsep kota yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Konsep berkelanjutan dan ramah lingkungan merupakan komitmen Presiden dalam mempercepat transisi energi.
Penggunaan energi terbarukan merupakan komponen penting dari visi pemerintah untuk menciptakan kota yang berkelanjutan dan ramah lingkungan sebagai mitigasi dari pemanasan global.
Indonesia telah berkomitmen dalam pengurangan emisi melalui ratifikasi Paris Agreement dengan dokumen National Determined Contribution (NDC).
Dalam NDC terbaru, Indonesia menaikkan target pengurangan emisi menjadi 31,89 persen tahun 2030. Untuk mencapai target tersebut, Indonesia membuat target dalam bauran energi nasional sebesar 23 persen pada 2025 dan 31 persen pada 2050.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.