Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pemotret Pesawat yang Menunggu 'Kembara Angkasa' Datang ke Medan

Kompas.com - 31/03/2023, 11:00 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Matahari tepat di atas kepala saat menuju Komplek CBD Polonia Medan. Angin dari sepeda motor yang dipacu, tak menghentikan peluh membasahi tubuh. Sampailah di sebuah kafe yang berada di ujung komplek, persis di samping Pangkalan Udara (Lanud) Soewondo.

Koordinator Komunitas Fotografer Aviasi Indonesia (KFAI) Regional 1 Ayu Adistiani Lubis sudah menunggu. Memilih tempat duduk di luar ruangan, di bawah payung taman berukuran sedang, bersama Edu dan Wilbert.

Seketika keinginan merasakan sejuknya ruangan berpendingin udara, buyar. Sambil tertawa, Ayu menyebut alasannya supaya bisa melihat pesawat, mudah-mudahan lewat. Baiklah..!

Usai berbasa-basi dan memesan penganan, perempuan 34 tahun yang tinggal di kawasan Marindal, bercerita kalau KFAI Regional 1 yang dipimpinnya sejak November 2022 memiliki wilayah kerja dari Sumatera Utara sampai Aceh. Sudah 34 anggotanya, mereka disebut member.

"Region satu, lebih banyak orang Aceh karena koordinator sebelumnya orang Aceh," kata Ayu kepada Kompas.com, Rabu pekan lalu.

Baca juga: Disiapkan Jadi Premium, Seperti Apa Profil Bandara Kertajati?

Lanud Soewondo menjadi salah satu spot foto, khusus pesawat militer. Menurut Ayu yang dibenarkan kawan-kawannya, pesawat militer tidak bisa dipastikan trafik-nya, areanya di aplikasi Flight Radar juga terbatas.

Terkadang terbaca, terkadang tidak. Berbeda dengan pesawat komersil, saat terjadi gangguan di dalam pesawat pun, bisa diketahui.

Pesawat militer yang bisa terlacak walau hanya hitungan menit seperti pesawat pribadi tipe Jet T7 atau pesawat angkut. Jenis Hercules dan Camar jarang terlihat di aplikasi.

Pesawat komersil dan militer sama-sama menarik dijadikan objek foto, hanya saja, mengabadikannya harus mendapat izin. Kalau tidak, menunggulah di tepi bandara, memotret dari jauh dan dihalangi pagar pembatas.

"Kemarin pas ada event, baru bisa dekat pesawat, menyentuhnya di landasan. Kalau di Bandara Kualanamu, pihak Angkasa Pura masih susah ditembus, seperti tertutup dengan komunitas fotografer" ucap Ayu pernah bercita-cita menjadi pramugari.

Menurutnya, Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta dan I Gusti Ngurah Rai lebih terbuka dan bersahabat dengan komunitas.

Sewaktu pertemuan G-20, ia dan teman-temannya diundang untuk mendokumentasikan kegiatan, memotret pesawat kepresidenan salah satunya.

Pesawat yang paling keren di mata mereka adalah pesawat berbadan lebar atau wide body milik Garuda Indonesia. Apalagi yang terbaru, Garuda Indonesia PK-GPZ A330-300 Special Livery Kembara Angkasa.

"Kalau seri Neo yang datang, pasti jadi incaran. Apalagi yang Kembara Angkasa, kalau datang, pasti kita kejar-kejar..." kata mereka tertawa.

Menunggu, mengejar-mengejar pesawat, menjadi keping-keping kepuasan tersendiri dalam menggeluti hobi ini. Kebanggaan datang ketika hasil karya muncul di Flight Radar, seluruh dunia bisa melihatnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com