JALANAN Jakarta yang hampir selalu macet memberikan tekanan mental bagi penduduk maupun para pelintas. Kerap kali kemacetan disebabkan atau diperparah oleh pekerjaan galian di permukaan jalan yang membuat lahan jalan mengecil atau menyempit.
Jalanan yang macet itu juga dihiasi dengan jalinan kabel listrik dan telepon yang bergelantungan semrawut. Sedemikian semrawutnya jalinan kabel itu, sehingga bila dilihat dari atas gedung akan tampak seperti jalinan jala para nelayan.
Pekerjaan galian di pinggir bahkan hingga ke tengah jalanan Jakarta sering kali rangkaiannya begitu panjang. Sementara kabel listrik yang bergelantungan semrawut dan tidak terproteksi rapi telah berkali-kali memakan korban jiwa, terutama saat banjir dan kebakaran.
Indonesia saat ini sedang membangun ibu kota negara (IKN) yang baru, yaitu Nusantara. Apakah IKN Nusantara yang terletak di Kalimantan Timur akan mereplikasi masalah lalu-lintas dan transportasi yang sama seperti yang terjadi di Jakarta selama ini?
IKN baru yang saat ini tengah dibangun akan menggunakan sistem multi-utility tunnel (MUT) atau terowongan multi-utilitas untuk mengelola dan mengatur berbagai urusan jaringan utilitas mulai dari pipa air, kabel listrik, dan fiber optik sehingga masalah seperti yang dipaparkan di atas kemungkinan besar tidak perlu lagi terjadi.
Baca juga: Mungkinkah Bangun Utilitas Bawah Tanah Tanpa Gali-Tutup Lubang?
MUT merupakan sebuah terowongan yang dibangun di bawah permukaan tanah dan jalanan kota atau pun di atas permukaan tanah di mana semua kabel listrik, pipa-pipa atau pun jaringan optik dikumpulkan sehingga tidak ada lagi kabel dan jaringan yang bergelantungan maupun ditanamkan di tanah secara serampangan.
Ketika ada jaringan dan perangkat yang perlu diperbaiki atau diganti, para teknisi hanya perlu masuk ke dalam MUT untuk melakukan perbaikan. Dengan demikian, pekerjaan galian yang kerap terjadi seperti di jalanan Jakarta selama ini tidak lagi terjadi di sana.
MUT sebenarnya sudah digunakan sejak tahun 1850 di bawah kota Paris, Prancis. Sementara di Chiyoda, Tokyo, MUT telah dibangun sejak tahun 1926. Beberapa gempa yang sempat menghantam bahkan memorak-porandakan Tokyo, tidak memberi dampak yang berarti pada MUT yang berada di bawah tanah.
Sejak efektivitas fungsinya terbukti dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Paris di pertengahan abad ke-19, negara-negara lainnya di Eropa segera mengikuti jejak Prancis untuk menggunakan MUT sebagai model pengendalian kabel dan jaringan yang umumnya kecil namun vital dan bisa sangat meresahkan tatkala terjadi gangguan.
Selain jalanan rapi dan tidak terganggu pekerjaan galian atau tidak ada kabel-kabel kusut yang bergelayutan, masih ada beberapa keuntungan lain dari penggunaan MUT. Salah satunya dengan adanya sensor pada jalur MUT yang akan memberikan informasi ke ruang pengendali (control room), saat terjadi kerusakan. Hal itu membuat titik kerusakan cepat terdeteksi, sehingga tidak perlu membuang banyak waktu melakukan penelusuran guna menemukan lokasi kerusakan.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.