JAKARTA, KOMPAS.com - Sabo dam rencananya akan dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di Sungai Radda, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).
Menurut Direktur Sungai dan Pantai Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air (SDA) Bob Arthur Lombogia, sabo dam dibangun sebagai pengendali sedimen di Sungai Radda.
Tujuan dibangunnya sabo dam adalah menjaga erosi permukaan tanah, menstabilkan dasar dan tebing sungai, mengurangi kecepatan banjir, serta menampung aliran sedimen.
Sabo sendiri berasal dari bahasa Jepang, sa yang berarti pasir dan bo yang berarti pengendalian.
Teknologi sabo ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1970 sejak kedatangan Tenaga Ahli Bidang Teknik Sabo dari Jepang Mr. Tomoaki Yokota.
Baca juga: Pemerintah Tambah 95 Sabo Dam Baru, Antisipasi Banjir Lahar Merapi
Saat itu, teknologi sabo dipandang sebagai salah satu alternatif terbaik dalam rangka upaya penanggulangan bencana alam akibat erosi, aliran sedimen, dan proses sedimentasi di Indonesia.
Sabo dam merupakan bangunan pengendali aliran debris atau lahar yang dibangun melintang pada alur sungai.
Prinsip kerja bangunan Sabo adalah mengendalikan sedimen dengan cara menahan, menampung dan mengalirkan material atau pasir yang terbawa oleh aliran dan meloloskan air ke hilir.
Tidak hanya akan dibangun di Luwu Utara, Pemerintah sejatinya telah membangun sabo dam sebagai solusi penanganan banjir lahar Gunung Merapi di Jawa Tengah (Jateng).
Tata letak pembangunan sabo dam di daerah gunung berapi dilakukan di daerah produksi hingga pengendapan sedimen.
Untuk di daerah tersebut, batuan dasar alur sungai sudah tertimbun endapan hasil letusan gununga pi, sehingga letaknya cukup dalam.
Oleh karena itu, pondasi sabo dam dibuat mengambang dengan anggapan bahwa batuan pada pondasi tersebut memiliki karakteristik yang cukup keras.
Sabo Dam ini dibangun secara seri. Artinya, bangunan yang satu mendukung bangunan lainnya, dengan jarak tertentu yang disyaratkan agar stabil dan aman dari gerusan lokal.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.