Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bikin Cemburu, "Mewahnya" Hunian di Kawasan Eksklusif Jakarta

Kompas.com - 27/12/2022, 18:30 WIB
Muhdany Yusuf Laksono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Rumah di kawasan eksklusif Jakarta tak jarang membuat masyarakat khususnya yang berpenghasilan menengah atau rendah hanya bisa gigit jari.

Jangankan untuk bisa membeli hunian mewah, kepemilikan rumah dengan skema kontrak masih banyak di Jakarta.

Adapun yang paling memungkinkan, mereka cukup membeli rumah bersubsidi di sekitaran Jakarta.

Kesenjangan tersebut tak jarang membuat masyarakat yang berpenghasilan pas-pasan cemburu. Sebagaimana ramai diperbincangkan para netizen di media sosial Twitter.

Potret itu bermula dari unggahan akun @miee***** yang mempertanyakan pekerjaan para pemilik hunian di kawasan Bukit Golf, Pondok Indah.

"Orang2 yg tinggal di bukit golf pondok indah kerjanya apa ya, tiap ke sana cm bisa nelen ludah, BAGUS BGT," tulisnya pada Minggu (25/12/2022).

Cuitan tersebut mendapat respon dari akun lain yakni @much*****, dia merasa lebih heran dengan para pemilik rumah di kawasan Senayan, Menteng, Senopati, Wijaya, dan Wolter Monginsidi.

"Kyk even beberapa dirut BUMN aja ada yg rumahnya di depok, Itu org2 yg tinggal di kawasan yg td gue sebutin disitu, KERJA APA," sautnya pada Senin (26/12/2022).

Akun Twitter lainnya, @semp******* juga menanggapi bahwa apabila mengetahui pajak rumah mewah di kawasan tersebut pasti akan membuat menangis.

"Pajak rumahnya setaun bisa buat beli rumah subsidi btw," tandasnya.

Di dalam perbincangan, beberapa netizen juga menyebutkan para pemilik rumah di kawasan hunian eksklusif itu.

Ada yang bilang keluarga pejabat, eks pejabat, keluarga konglomerat, pebisnis tambang, dan sebagainya.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI) Bambang Ekajaya menyampaikan, harga properti di area eksklusif seperti Menteng, Kebayoran Baru, dan sekitarnya memang tinggi.

Karena unit properti yang tersedia juga relatif sangat terbatas.

Untuk saat ini, harga properti di area tersebut sangat variatif. Disparitas harga permintaan dengan harga real deal-nya terkadang juga sangat jauh.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com