Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/12/2022, 05:30 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Industri properti diyakini akan tetap tangguh menghadapi ancaman perlambatan atau resesi ekonomi tahun 2023 mendatang.

Hal ini terangkum dalam Indonesia Property Market Outlook & Real Estate Trend 2023 yang menghadirkan stakeholder industri properti dari REI, pengembang, ekonom dan portal teknologi properti, Kamis (15/12/2022).

Terdapat sejumlah hal yang bisa menciptakan keyakinan bahwa dampak resesi terhadap Indonesia tidak akan seburuk yang dikhawatirkan dan diperkirakan tidak akan lebih parah jika dibandingkan dengan dampak pandemi selama dua tahun ke belakang.

Begitu juga dengan semakin dekatnya Pemilu 2024 akan membuat tahun 2023 tidak lepas dari memanasnya suhu politik. Namun, sektor properti sebagai kebutuhan primer masyarakat selama ini terbukti sebagai sektor yang tangguh.

Baca juga: Belanja Pemilu Rp 76,6 Triliun, Peluang buat Pengembang Raup Cuan

Country Manager Rumah.com Marine Novita melihat histori dari tahun-tahun Pemilu sebelumnya, laju penyaluran kredit hunian relatif resilient.

Pada tahun 2014 dan 2019 misalnya, laju penyaluran kredit hunian masih bisa tumbuh lebih baik dibanding kredit secara keseluruhan.

“Di tengah pandemi mulai 2020 dan juga 2021, penyaluran kredit hunian masih bisa tumbuh bahkan ketika kredit secara keseluruhan sempat turun," ujar Marine.

Dus, hunian adalah kebutuhan dasar, sebanyak 12,75 juta keluarga masih belum memiliki rumah (angka backlog berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional BPS).

Dari sisi piramida penduduk pun, sebanyak 88 juta jiwa atau 40 persen dari total jumlah penduduk Indonesia berada pada usia 20-44 tahun.

"Ini adalah rentang usia yang menjadi target pasar sektor properti hunian. Ini artinya, peluang pada pasar properti masih tetap dinamis dan resilient,” kata Marine.

Baca juga: Proyek Properti Indonesia Dijagokan Juarai Kompetisi Dunia FIABCI 2023

Hal senada dikemukakan Pengamat Ekonomi INDEF Aviliani. Menurutnya, usai pandemi Covid-19, mobilitas masyarakat kembali normal dan mendorong kenaikan tingkat konsumsi hingga lima persen dari total PDB Nasional

Jika momentum ini bisa dijaga, tahun depan yang terjadi adalah bukan resesi melainkan pelemahan ekonomi.

Dia meyakini, faktor demografi sangat menguntungkan ekonomi Indonesia yang didominasi usia produktif hingga 2035.

"Setelah itu, Pemerintah harus berstrategi agar tidak mengalami masa aging seperti Jepang dan Amerika. China sudah mulai, dengan tunjangan dua anak. Mereka takut generasi tua semua, ekonomi pun turun," cetus Aviliani.

Sementara Managing Director Ciputra Group Budiarsa Sastrawinata memastikan, pelaku industri properti Indonesia tak perlu khawatir berlebihan.

"Jangan ditaku-takuti. Kita pernah melewati krisis dahsyat sebanyak tiga kali. Pertama tahun 1998 yang membuat suku bunga tinggi sampai 18 persen. Kemudian krisis finansial global tahun 2008, dan kemudian Pandemi Covid-19. Toh, kita mampu bertahan, dan terus berproduksi," tutur Budiarsa.

Dia optimistis, para pengembang bisa menghadapi Tahun 2023 dengan mulus jika mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang.

Misalnya merancang produk properti yang sesuai dengan kebutuhan pasar, desainnya inovatif, ramah lingkungan, dan mengikuti tren kekinian seperti digitalisasi, pembiayaan inklusif, dan lain sebagainya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com