JAKARTA, KOMPAS.com - Sektor properti diprediksi akan bangkit pada tahun 2023, seiring dengan menguatnya daya beli masyarakat yang memicu pengembang meluncurkan sejumlah produk baru.
Berkaca dari analisa sepanjang tahun 2022, rumah tapak dari dua segmentasi mengalami permintaan yang cukup tinggi.
Begitu pula wilayah-wilayah serapan dan kisaran harga rumah yang terjadi, termasuk tren luasan hunian.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Sulihin Widjaja menjelaskan tentang hal ini.
Bagi sebagian pelaku di sektor tersebut, bisnis properti kembali booming, serapannya pun bahkan naik 30 persen dari tahun sebelumnya.
Baca juga: Korban Gempa Cianjur dapat Rumah Tipe 36 Berteknologi RISHA
Dominasi pasar properti primer dan seken terjadi di wilayah Jabodetabek. Sedangkan permintaan harga tertinggi berkisar Rp 800 juta hingga di atas Rp 2 miliar.
Serapan rumah tapak paling banyak terjadi di wilayah Serpong, Bogor, Cibubur, dan Bekasi. Beda dengan tren hunian yang terjadi di Jakarta khususnya Jakarta Timur.
Meski produknya tidak banyak dan terbatas, serapan yang terjadi di Jakarta Timur tidak signifikan. Namun, harga rumah yang ditawarkan berpotensi melesat, jika stok yang tersedia semakin menipis.
Kata Sulihin, bagi setiap keluarga, rumah tapak merupakan pilihan utama dibanding hunian bertingkat, terlebih kondisi pasca-pandemi. Mereka membutuhkan ruang terbuka dan lingkungan yang nyaman untuk tinggal.
"Terlebih dengan kondisi perekenomian yang semakin baik, rumah masih menjadi pilihan prioritas bagi mereka yang berada di wilayah Jabodetabek," papar Sulihin.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.