Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/11/2022, 16:45 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com Pengembang tetap optimistis sektor properti akan terus tumbuh, meski banyak kalangan memprediksi terjadi perlambatan ekonomi pada 2023. 

Pasalnya, kebutuhan properti khususnya rumah sangat besar dan belum mencapai ekuilibrium di Indonesia, baik untuk rumah pertama maupun hunian sebagai instrumen investasi.

Menurut data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), backlog atau kekurangan pasokan masih tinggi, mencapai 12,75 juta unit.

Selain itu, investor makin cerdas dan tahu bahwa investasi yang paling imun terhadap krisis ekonomi dan gejolak sosial/keamanan adalah sektor properti.

Baca juga: Realisasi Akad Kredit Rumah BP Tapera Tembus 4.502 Unit

General Manager PT Tajur Surya Abadi (pengembang yang berbasis di Bogor) Hendra Gunawan berpendapat, saat terjadi krisis ekonomi malah menjadi momentum tepat untuk membeli properti.

Sebab saat itu harga properti cenderung tidak naik, bahkan di sejumlah lokasi bisa saja turun namun tidak berlangsung lama.

Hal ini berbeda dengan instrumen investasi lainnya, properti dinilai banyak kalangan sebagai investasi paling aman.

Hendra mengakui, ketika ramai soal resesi global pada Agustus sampai September (2022) berpengaruh terhadap penjualan pada Oktober 2022.

"Tapi sebulan kemudian atau November, optimisme naik. Banyak berita-berita optimisme bahwa penjualan properti dalam negeri tidak terpengaruh. Penjualan kami tetap stabil cenderung meningkat," kata Hendra dalam keterangan kepada Kompas.com, Senin (28/11/2022).

Memanfaatkan optimisme momen ini, Hendra mengajak para investor untuk melakukan aksi bisnis, karena saat ini merupakan waktunya bertransaksi properti.

Menurutnya, sekarang ini bukan waktunya ambil sikap wait and see.

“Karena pada saat posisi see, harga sudah tinggi. Harusnya waktu wait itu sebenarnya peluang dapat margin tinggi. Kalau sudah see, di situ investor panen cuan. Belinya pada posisi see ya terlambat sebab itu posisi jual,” ujar Hendra.

Ditambah lagi, saat ada isu negatif resesi ekonomi global 2023 dan pasar yang sedang wait and see, pengembang dalam posisi tidak bisa ngerem.

Mereka tetap harus jualan karena pembangunan infrastruktur tetap jalan, kontrak-kontrak pembangun rumah pun tidak bisa dihentikan.

Demikian halnya Royal Tajur Bogor yang dikembangkan PT Tajur Surya Abadi, tetap menunjukkan aktivitas penjualan untuk semua segmen.

Mulai dari apartemen Royal Heights serentang Rp 500 juta-Rp 800 juta, rumah inden klaster The Dunster seharga Rp 800 juta-Rp 1 miliar, dan rumah siap huni dengan kisaran Rp 1,5 miliar-Rp 2,5 miliar.

Hingga saat ini, pembangunan Royal Heights Apartment Tower B tuntas dikerjakan, dan mulai serah terima kunci pada pertengahan 2023.

"Bisa langsung Akta Jual Beli (AJB) dan dapat sertifikat," imbuh Hendra.

Bogor Royal Heights merupakan proyek percontohan perizinan apartemen dengan proses tercepat yang dihitung sejak perizinan hingga penerbitan sertifikat.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com