Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Syarifah Syaukat
Mahasiswa CEP Doktoral Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

Mahasiswa CEP Doktoral Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, ini juga seorang peneliti senior sejak 2009 hingga saat ini pada Pusat Penelitian Geografi Terapan FMIPA UI.

Sejak 2020, Syarifah menempati posisi sebagai Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia.

Peluang Pertumbuhan Data Center, Penyerap Potensial Lahan Industri

Kompas.com - 05/09/2022, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DATA CENTER atau layanan pusat data, saat ini menjadi salah satu sektor yang menjadi generator ekonomi di berbagai kota di dunia, termasuk Jakarta dan sekitarnya. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan era digital saat ini.

Pandemi, membuka pola kebiasaan baru di berbagai sektor kehidupan, seperti pola kerja hybrid antara kerja dari kantor atau work from office (WFO) dan kerja dari rumah atau work from home (WFH), pola belanja online, dan penggunaan internet untuk sosialisasi yang terus tumbuh subur, mampu menstimulasi maraknya sektor data center.

Berdasarkan rekam jejak data kawasan industri di greater Jakarta yang dimiliki oleh Knight Frank Indonesia terungkap bahwa pertumbuhan serapan lahan industri oleh data center cukup progresif atau meningkat empat kali lipat dibandingkan semester I-2022.

Bahkan, beberapa kawasan industri baru atau dalam proses pembangunan di koridor timur Jakarta dan di Bogor telah mendapatkan komitmen prospek penjualan lahan dengan sektor data center dalam beberapa tahun ke depan.

Kondisi di atas tidak terlepas dari komposisi 70 persen penduduk Indonesia sebagai pengguna internet. Tingginya angka ini didukung komposisi usia angkatan kerja yang berkisar 45 persen, atau keuntungan Indonesia yang saat ini berada pada masa bonus demografi.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Knight Frank Asia Pasifik baru-baru ini disebutkan, Jakarta berada di urutan pertama di antara beberapa kota di Asia Tenggara terkait kapasitas penggunaan data per kapita.

Namun, tidak dengan Indonesia yang masih berada di kisaran 1 watt per kapita, masih jauh dari Jepang yang berada pada angka penggunaan 10 watt per kapita. Ceruk ini membuka peluang pertumbuhan industri data center di Indonesia.

Layanan Data Center di Jakarta dan sekitarnya setidaknya telah mulai tumbuh pada periode tahun 2000-an di bilangan CBD jakarta, dan tersebar di beberapa gedung perkantoran, hingga kemudian terus berkembang ke wilayah pinggiran, khususnya ke wilayah industri.

Selain Jakarta, ada Surabaya, Bandung, Bali, dan Batam yang menjadi lokasi pertumbuhan data center di Indonesia.

Menurut Kemenkominfo, pada tahun 2018 terdapat 2.700 layanan data center di Indonesia dengan variasi layanan, mulai dari colocation, flexible space, layanan pengelolaan data, cross connect, cloud service, layanan penggantian internet, dan lain-lain.

Sementara di pinggiran Jakarta terdapat 48 unit layanan data center dengan status layanan mulai dari tier 1 sampai 4.

Potensi tumbuhnya data center juga merambah ke beberapa kawasan yang mengusung pengembangan smart city maupun smart industrial estate. Sebut saja Kawasan Industri Cikembar, Smart Industrial Estate di Batang, Subang Smartpolitan, dan sebagainya.

Kawasan-kawasan tersebut bermaksud menangkap peluang dari pertumbuhan layanan data center dengan asumsi digitalisasi terus tumbuh dan layanan penyimpanan dan pemrosesan data lebih dinamis dan positif.

Namun, potensi tersebut dihadapkan pada tantangan pertumbuhan data center yang memerlukan infrastruktur khusus, seperti jaringan serat optik dan pasokan listrik sebagai tulang punggung operasionalnya.

PLN tahun ini menyiapkan 300 mega volt amphere (MVA) untuk kebutuhan listrik data center di Jakarta. Sementara itu, berdasarkan ukuran Easy Getting Electricity, Indonesia saat ini berada di peringkat 33, dari peringkat 75 pada tahun 2015.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com