JAKARTA, KOMPAS.com - Apabila sistem ganjil-genap (gage) diganti dengan electronic road pricing (ERP) atau proyek jalan berbayar elektronik, maka dinilai berdampak signifikan untuk menarik kalangan atas menggunakan Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta
Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Yayat Supriatna menegaskan hal ini dalam acara TOD Forum, Kamis (7/7/2022).
"Kalau suatu saat ganjil genap itu diganti dengan ERP, itu efeknya lebih besar. Kalau ganjil genap masih mampu diakalin, masih mampu beli mobil, masih free (bebas)" ungkap Yayat.
Sementara jika nantinya akan diterapkan ERP di Jakarta, maka pelaksanannya bakal dilakukan lebih ketat.
Oleh karena itu, dia menunggu keberanian Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dalam menerapkan sistem ERP.
"Kapan Jakarta bisa memberlakukan ERP? Kayak di Singapura ya, diberlakukan di jalan-jalan utama," sambungnya.
Baca juga: Bakal Ada Transaksi Tol Berbasis MLFF hingga Jalan Berbayar ERP, BI Beberkan Tantangannya
Dia memberikan contoh ERP bisa diberlakukan di ruas Jalan M H Thamrin, Jalan Jenderal Sudirman, hingga Jalan Sisingamagaraja pada peek hour (jam sibuk) dengan dikenakan biaya masuk Rp 100.000.
Dengan begitu, kata dia, masyarakat Jakarta akan memilih untuk menggunakan MRT yang hanya sebesar Rp 5.000-Rp 10.000.
"Kita merasionalkan cara berpikir orang dengan hitung-hitungan ekonomi. Orang Jakarta itu rasional," kata Yayat.
Ini merupakan langkah keras yang bisa dilakukan untuk menggaet masyarakat kalangan atas naik MRT Jakarta.
Disamping tindakan keras, ada cara lebih halus yang bisa dilakukan untuk kalangan atas menggunakan transportasi tersebut. Misalnya, dengan mengedepankan kenyamanan, kecepatan.
"Jualan yang paling menarik adalah bagaimana efisiensi waktu menjadi kekuatan besar bagi MRT," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.