Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Wamen ATR/BPN Berasal dari PSI, KPA: Itu Seperti Dikunci

Kompas.com - 16/06/2022, 15:11 WIB
Suhaiela Bahfein,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melantik Raja Juli Antoni sebagai Wakil Menteri (Wamen) Agraria dan Tata Ruang/Wakil Kepala (Waka) Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) di Istana Negara, Jakarta, Rabu (15/6/2022).

Artinya, dilantiknya Raja Juli ini menggantikan Wamen ATR/Waka BPN sebelumnya yakni, Surya Tjandra.

Sama halnya dengan Surya, Raja diketahui merupakan politikus dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Baca juga: Plus Minus Hadi Tjahjanto yang Berlatar Belakang TNI Atasi Konflik Agraria

Pria kelahiran 13 Juli 1997 itu mengemban tugas sebagai Sekretaris Dewan Pembina. Namun sebelumnya pada 2014-2020 merupakan Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PSI.

Dengan latar belakang yang sama dengan sebelumnya, Ketua Umum Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika mengungkapkan rasa kekecewaannya.

"Apalagi tadi ya, saya kecewanya justru Wakil Menteri juga sepertinya itu kayak dikunci, itu jatahnya PSI, gitu. Padahal, kemarin gagal," terang Dewi kepada Kompas.com, Rabu (16/6/2022).

Menurutnya, Pemerintah seharusnya memberikan sanksi kepada Partai Politik (Parpol) yang sembarangan memberikan kader yang tidak ada performa dan masih berada pada seputar lingkup tersebut.

"Artinya, kesempatannya lebih politis, ketimbang soal (mementingkan) kompetensi, kapasitas, dan integritas," ucap Dewi.

Sebelum di PSI, Raja Juli merupakan lulusan IAIN (sekarang UIN) Jakarta pada 2001 dengan menulis penelitian berjudul Ayat-ayat Jihad: Studi Kritis terhadap Penafsiran Jihad sebagai Perang Suci.

Baca juga: Profil Raja Juli Antoni yang Didapuk Jadi Wamen ATR/Waka BPN

Lalu pada 2004, dia mendapatkan beasiswa Chevening Award untuk studi master di The Department of Peace Studies, The University of Bradford, Inggris.

Merampungkan tesis master dengan judul The Conflict in Aceh: Searching for A Peaceful Conflict Resolution Process. 

Pada 2010 dengan beasiswa dari Australian Development Scholarhip (ADS), meneruskan studi doctoral di School of Political Science and International Studies, the University of Queensland, Australia.

Pria kelahiran Pekanbaru ini menyelesaikan PhD dengan disertasi berjudul Religious Peacebuilders: The Role of Religion in Peacebuilding in Conflict Torn Society in Southeast Asia. Mengambil studi kasus Mindanao (Filipina Selatan) dan Maluku (Indonesia).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com