Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masalah Besar Stasiun Manggarai, Pelayanan Konsumen yang Tidak Memadai

Kompas.com - 07/06/2022, 05:30 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepadatan Stasiun Manggarai terlihat meningkat setelah Kementerian Perhubungan dan Ditjen Perkeretaapian meningkatkan kapasitas stasiun tersebut menjadi stasiun sentral.

Sebagai stasiun sentral, Stasiun Manggarai akan mengambil alih fungsi pemberhentian dan pemberangkatan kereta jarak jauh antar provinsi yang sebelumnya berada di Stasiun Gambir.

Karenanya, Stasiun Gambir akan dikembalikan fungsinya sebagai stasiun yang hanya melayani KRL commuterline.

Proses pembangunan ini diawali dengan Switch Over ke-5 (SO-5) di Stasiun Manggarai mulai Jumat (27/5/2022) malam hingga Sabtu (28/5/2022).

Setelah itu, telah dilakukan perubahan Grafik Perjalanan Kereta Api (GAPEKA) KRL Jabodetabek mulai Sabtu (28/5/2022).

Baca juga: Sejarah Stasiun Manggarai, Hub Kereta Tersibuk di Indonesia

Terkait hal ini, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat Djoko Setijowarno mengatakan, kepadatan penumpang di Stasiun Manggarai adalah hal yang wajar untuk kondisi stasiun modern.

Kendati demikian, Stasiun Manggarai dinilai masih mengantongi masalah dalam infrastruktur pelayanan ke konsumen.

"Kekhawatiran publik terkait menumpuknya penumpang di Stasiun Manggarai dapat diantisipasi dengan perubahan dari beragam infrastruktur di Stasiun Manggarai," ujar Djoko dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Senin (6/6/2022).

Menurut Djoko, permasalahan paling mendesak adalah akses menuju Stasiun Manggarai yang kurang memadai, yakni jalan sempit dan lingkungan sekitar yang padat serta tidak teratur.

Misalnya, di ruas Jalan Tambak dan Jalan Manggarai Utara. Belum lagi beberapa titik penyempitan jalan yang menyebabkan kemacetan, seperti terowongan lintas bawah Manggarai, area drop off depan stasiun dan jembatan dekat pintu air.

Baca juga: 126.000 Penumpang KRL akan Transit di Stasiun Manggarai saat SO5

Namun, Djoko menilai kawasan Stasiun Manggarai memiliki akses jalan dan kapasitas yang tidak jauh berbeda dengan Stasiun Gambir.

Untuk menjadi stasiun besar, paling tidak Stasiun Manggarai harus memiliki lahan parkir seluas Stasiun Gambir.

Sayangnya, masih banyak lahan di sekitar Stasiun Manggarai yang dipakai warga untuk membangun permukiman.

Jika melihat data dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) tahun 2019, batas aset seusai sertifikasi Hak Pakai Nomor 46 Tahun 1983 kurang lebih seluas 30,7 hektar, termasuk di dalamnya 1.158 rumah.

“Memang dibutuhkan upaya lebih untuk penertiban terhadap 23.298 jiwa yang bermukim di lahan aset milik PT KAI dalam upaya mengoptimalkan lahan tersebut,” tambah Djoko.

Lanjutnya, dibutuhkan dukungan dari pemangku kepentingan, meliputi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Kepolisian RI, dan politikus.

Selanjutnya, lahan tersebut dapat digunakan untuk mendukung optimalisasi fungsi Stasiun Manggarai sebagai stasiun sentral sesuai harapan.

Melihat hal ini, penyediaan permukiman warga sebagai ganti optimalisasi lahan Stasiun Manggarai harus dilakukan terlebih dahulu. Proses ini juga membutuhkan waktu agar tidak merugikan pihak manapun.

“Pengembangan Stasiun Manggarai masih memungkinkan untuk dilakukan pada 5-10 tahun mendatang. Sebab masih ada Balai Yasa di Manggarai, itu bisa digeser atau dipindahkan untuk kemudian lahannya dikembangkan sebagai stasiun,” Djoko kembali menjelaskan.

Potensi Stasiun Manggarai

Stasiun Manggarai terletak di kawasan yang ditetapkan sebagai pusat kegiatan primer dengan perkantoran, perdagangan, jasa, stasiun terpadu dan titik perpindahan beberapa moda transportasi dengan konsep Transit Oriented Development (TOD).

Manggarai juga termasuk dalam Kawasan Strategis Ekonomi Provinsi DKI Jakarta yang mengintegrasikan bangunan dan menyediakan ruang untuk sektor informal dan ruang terbuka publik.

Manggarai berada dekat dengan Sudirman, Kuningan, kawasan segitiga ekonomi di Jatinegara, kawasan strategis sosial budaya di Menteng dan Taman Ismail Marzuki (TIM).

Sementara itu, dengan perkembangan Stasiun Manggarai yang diiringi dengan rekayasa SO-5, bottleneck berupa perlambatan headway atau kereta masuk ke stasiun berikutnya tidak akan terjadi lagi.

Adapun bottleneck terjadi karena kereta yang akan masuk ke Stasiun Manggarai saat ini harus menunggu kereta lain untuk melintas terlebih dahulu.

“Peralihan sinyal atau SO-5 adalah salah satu upaya menata lalu lintas kereta di dalam Stasiun Manggarai,” kata Djoko.

Karenanya, juga diharapkan akan ada penambahan akses dan jangkauan kereta yang semakin memudahkan masyarakat.

Terakhir, selain tersedia layanan kereta bandara, juga diharapkan bisa tersedia layanan bus bandara seperti di Stasiun Gambir hingga Bus Damri tujuan Lampung.

Selain itu, pengadaan jembatan layang yang menghubungkan Stasiun Manggarai dengan Terminal Manggarai atau Pasar Raya juga dirasa bisa menambah potensi area ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com