JAKARTA, KOMPAS.com - Peringatan Kenaikan Isa Almasih tidak terlepas dengan kegiatan ibadah misa di gereja.
Biasanya, gereja didesain dengan asitektur gotik yang mengusung bangunan tinggi nan megah dengan ujung menara yang runcing.
Namun, hal berbeda ditemukan di Gereja Santa Maria de Fatima yang lebih menyerupai klenteng atau tempat ibadah bagi pemeluk agama Konghucu.
Gereja Santa Maria de Fatima berlokasi di kawasan Glodok, Jakarta Barat.
Baca juga: Arsitektur Neo-Gothic Gereja Katedral Jakarta, Seluruh Bagian Sarat Makna
Ini merupakan gereja Katolik yang masih mempertahankan gaya bangunan khas Fukien atau Tiongkok Selatan.
Ornamen gedung gereja semarak dengan perpaduan warna merah, kuning, dan gold atau emas.
Lalu, ada dua patung kilin berjejer di depan pintu masuk gereja yang semakin mengingatkan akan klenteng bergaya China.
Gereja Santa Maria de Fatima dibangun pada awal abad ke-19 dan ditetapkan menjadi cagar budaya pada tahun 1972 silam.
Cikal bakal Gereja Santa Maria de Fatima bermula ketika adanya tugas pelayanan dan pewartaan dari Vikaris Apostolik Jakarta, Mgr. Adrianus Djajasepoetra SJ kepada Pater Wilhelmus Krause Van Eeden SJ.
Kemudian, Pater Antonius Loew SJ dari Austria dipilih sebagai kepala paroki (persekutuan umat beriman kristiani).
Pendampingnya adalah Pater Leitenbauer yang juga menjadi pengelola sekolah yang pertama.
Sekolah tersebut dinamakan Sekolah Ricci yang berasal dari nama imam missionaries Yesuit. Matteo Ricci. Sampai sekarang, Sekolah Ricci masih eksis.
Mereka juga membuka kursus bahasa Inggris, Jerman dan Mandarin, yang terkenal dengan sebutan Ricci Evening School dan asrama yang diberi nama Ricci Youth Center.
Baca juga: Tahan Letusan Krakatau, Ini Rahasia Konstruksi Gereja Sion Jakarta
Pada tahun 1954, tanah dan bangunan resmi menjadi milik gereja. Di tahun yang sama, perayaan ekaristi pertama dilaksanakan di dalam fasilitas ibadah itu.