Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Punahnya Angkutan Lokal Jadi Salah Satu Penyebab Kemacetan Selama Mudik

Kompas.com - 09/05/2022, 16:00 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.comMudik Lebaran 2022 disambut meriah oleh masyarakat Indonesia setelah agenda rutin tahunan tersebut ditiadakan selama dua tahun akibat pandemi Covid-19.

Berdasarkan survei Kementerian Perhubungan, sebanyak 85,5 juta orang berkeinginan untuk mudik pada kesempatan tahun ini.

“Hal itu merupakan kabar gembira sekaligus tantangan bagi semua stakeholder untuk dapat melayani dengan baik,” ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dikutip dari siaran pers, Senin (9/5/2022).

Karena animo masyarakat yang memuncak, Menhub Budi berpendapat bahwa pelayanan yang diberikan masih belum maksimal.

Menhub Budi mengatakan, pihaknya akan melakukan evaluasi agar kegiatan mudik dapat diantisipasi dengan lebih baik ke depannya.

Baca juga: Ritual Mudik dan Kemajuan Infrastruktur Indonesia yang Membuat WN Inggris Takjub

“Oleh karenanya kami sampaikan permohonan maaf belum bisa memenuhi harapan semua pihak,” tambah Menhub Budi.

Terkait hal ini, Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio berpendapat bahwa kemacetan pasti akan terjadi selama musim Lebaran berlangsung.

“Apapun alasannya pasti macet, karena infrastrukturnya sudah tidak mencukupi dengan populasi manusianya, karena kita gagal Keluarga Berencana (KB),” jelas Agus saat dihubungi Kompas.com.

Menurutnya, prasarana yang tersedia saat ini sudah tidak mampu memuat populasi masyarakat yang serentak melakukan perjalanan mudik.

Tak hanya itu, hampir punahnya angkutan kota dan angkutan desa juga menjadi salah satu penyebab masalah macet selama mudik terjadi.

Baca juga: Korban Meninggal Selama Mudik Lebaran 2022 Turun 46 Persen

“Kalau tidak mau macet ya naik kereta api dan itu pasti tepat waktu. Kalau jalan darat ya begitu, karena Pemerintah Daerah tidak pernah serius menangani angkutan kotanya dan angkutan pedesaan, jadi orang cenderung membawa kendaraan pribadi,” tambah Agus.

Sehingga menurutnya, penanganan angkutan kota dan angkutan desa menjadi hal yang perlu diperhatikan.

Terlebih di kondisi ekonomi yang masih belum pulih saat ini, tidak memungkinkan untuk membangun jalan non-tol baru.

Cara lain yang tetap bisa dipakai sampai dengan periode mudik selanjutnya adalah rekayasa lalu lintas (lalin), seperti one way, contraflow hingga ganjil genap.

Selain itu, pemerintah ke depannya juga diharapkan lebih mampu mengatur kendaraan supaya tidak parkir sembarangan di jalan arteri ataupun di jalan tol

Kendati demikian, Agus mengatakan bahwa upaya yang dilakukan oleh pihak terkait untuk menguraikan kemacetan selama mudik tahun ini telah dilaksanakan secara optimal.

“Kalau masih ada kemacetan ya pasti macet. Masalahnya supaya tidak berhenti, supaya tetap jalan perlahan. Tapi perlu diingat, siapapun yang mudik dan balik lewat jalur darat itu pasti akan macet,” pungkas Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com