Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ritual Mudik dan Kemajuan Infrastruktur Indonesia yang Membuat WN Inggris Takjub

Kompas.com - 06/05/2022, 20:00 WIB
Masya Famely Ruhulessin,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mudik Lebaran tahun 2022 sudah berlalu. Namun ternyata menyisakan cerita berkesan di hati para pemudik termasuk salah satu warga negara asing (WNA) asal Inggris, Colm Downes.

Melalui akun Twitternya, Colm berbagi pengalaman melakukan perjalanan mudik ke daerah Jawa Tengah, tepatnya Rembang. 

Lewat perjalanan mudik yang dijalaninya, ia ingin menghilangkan beberapa mitos tentang Indonesia.

Baca juga: Merapah Trans-Jawa 2022 Resmi Dimulai, Lintasi 867 Kilometer Jalan Tol di Empat Provinsi

“Beberapa orang masih mengira saya tinggal di pulau kecil yang belum berkembang. Saya harus mengundang mereka untuk berkunjung. Mereka mungkin cukup terkejut,” cuitnya.

Dalam perjalanan mudiknya ke Jawa Tengah, ia bahkan melihat sebagian besar kendaraan di jalan raya yang terdiri dari kendaraan tipe SUV, dan sejumlah Toyota Corolla klasik. 

“Perjalanan pulang saya (439 kilometer) hampir seluruhnya melalui jalan tol modern yang mulus, kira-kira jaraknya sama dengan London ke Newcastle,” jelas Colm.

Bagian terakhir dari perjalanannya, Colm mengaku terkesima dengan jalan Tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) yang merupakan sebuah jalan layang yang panjangnya 36 kilometer.

"Bagian terakhir dari perjalanan ini membawa saya ke Tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) – sebuah jalan layang yang panjangnya 36 kilometer. 36 kilometer!! Lebih jauh dari Ipswich ke Colchester (saya dibesarkan di Suffolk). Jalan layang M4 Chiswick di London hanya sepanjang 2 mil (5 km)," ungkapnya. 

Perjalanan Mudik Tak Terlupakan

Dalam wawancaranya bersama Kompas.com, Colm menceritakan perjalanan mudiknya ke Jawa Tengah pada Rabu (27/4/2022) atau H-5 Lebaran memberi kesan tersendiri baginya. 

“Rumah istri saya ada di desa dekat Rembang, di Jawa Tengah. Saya, istri dan anak lelaki saya melakukan mudik pada Rabu pekan lalu untuk menghindari kemacetan. Membutuhkan waktu kurang lebih 9 jam dari Jakarta ke Semarang,” ujarnya.

Menurut Colm, ia bersama keluarganya tiba di rumah pada Kamis (28/4/2022) dan bersiap untuk merayakan Idul Fitri.

Baca juga: [VIDEO] Tim Merapah Trans-Jawa Eksplorasi Tol Surabaya-Probolinggo

Di Rembang, ia merasakan pengalaman berbelanja ke pasar tradisional seraya membeli kembang api yang merupakan hal ilegal di Inggris.

Setelah itu, pada Selasa (2/5/2022) atau H+1 Lebaran, ia memutuskan untuk melakukan perjalanan balik ke Jakarta. Namun, perjalanan balik ternyata membutuhkan waktu yang lebih lama bila dibandingkan saat mudik.

Colm dan keluarganya meninggalkan desa pada pukul 13.00 WIB. Namun, ia harus pergi ke Purwadadi mengantar kerabatnya pulang.

Selepas itu, ia kembali ke Semarang melalui Demak. Perjalanan juga terhambat karena kondisi jalan tidak begitu baik.

Ia sempat mampir minum kopi di ibu kota Jawa Tengah itu, dan mulai melanjutkan perjalanan kira-kira pukul 21.00 WIB.

Karena jalan tol sepi, mereka akhirnya bisa tiba di Jakarta sebelum pukul 03.00 pagi WIB. Artinya total perjalanan yang ditempuh sekitar 14 jam.

Colm mengaku sempat merasa khawatir dengan pemberlakuan sistem one way di jalan tol.

Namun akhirnya memutuskan untuk mengecek kondisi jalan tol dengan bertanya kepada pihak pengelola dalam hal ini PT Jasa Marga (Persero) Tbk melalui akun Twitter.

“Saya sangat bahagia, mereka merespon dengan cepat apa yang saya tanyakan. Pelayanannya sangat baik,” jelas Colm.

Namun, ia mengaku masih membiasakan diri dengan pengemudi Indonesia yang menyalip di kiri jalan, yang merupakan hal ilegal di Inggris. Selain itu ada beberapa bus melaju dengan kecepatan tinggi.

“Tapi kondisi jalannya bagus dan pengelola tol membuka gerbang tambahan untuk mengurangi antrean. Saya juga sempat berhenti di salah satu rest area antara Semarang dan Cirebon untuk mengisi bensin. Pelayanannya sangat bagus,” tambahnya.

Beda dengan Inggris

Colm mengatakan salah satu hal yang paling membuat ia terkesan adalah jalan tol layang karena hal ini tidak ia temukan di Inggris.

“Kondisi jalan dari Semarang ke Jakarta sama baiknya dengan kebanyakan jalan raya di Inggris. Namun di Inggris hanya ada sedikit jalan tol lebih banyak di Perancis dan Jerman,” paparnya.

Namun demikian, menurutnya sebagian besar jalan raya di Inggris sudah gratis dan jalan tol utamanya memiliki jembatan dan terowongan besar.

Sementara itu, penggunaan kartu elektronik untuk membayar tol di Indonesia lebih efisien daripada di Inggris.

Awalnya memang dilakukan pembayaran secara tunai namun telah berubah dan menjadi otomatis dimana pengguna tol akan membeli saldo prabayar melalui aplikasi.

“Perbedaan besar lainnya adalah bahwa di London, pengguna jalan tol bisa membayar biaya kemacetan juga biaya emisi karbon. Pembayaran ini mendorong orang menggunakan transportasi umum,” tegas Colm.

Ia berharap dengan infrastuktur jalan yang baik seperti sekarang, bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat Indonesia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com