Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkerasan Aspal dan Beton di Jalan Tol, Apa Bedanya?

Kompas.com - 28/04/2022, 10:30 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Masya Famely Ruhulessin

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.comJalan tol adalah fasilitas yang diandalkan oleh masyarakat untuk mempercepat perjalanan.

Namun, bagi para pengguna jalan tol, pernahkah terpikir kenapa di ruas yang sama terdapat dua bahan penyusun yang berbeda, yakni aspal dan beton?

Pengamat Perkerasan Jalan dan Aspal yang pernah menjabat sebagai Direktur Bina Teknik Bina Marga Purnomo menjelaskan pemilihan dua perkerasan jalan tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari segi biaya, kenyamanan hingga perawatan.

Untuk diketahui, perkerasan aspal disebut sebagai perkerasan fleksibel. Sesuai namanya, perkerasan ini menggunakan campuran agregat dan aspal.

Baca juga: Pemudik, Jangan Gunakan Bahu Jalan Tol Buat Istirahat

Sedangkan perkerasan dari beton dapat disebut dengan perkerasan rigid. Pemasangannya adalah dengan memberi agregat tipis lalu dilapisi dengan beton.

“Kalau dari segi biaya atau investasi awal, dulu perkerasan fleksibel itu lebih murah dan rigid lebih mahal,” ungkap Purnomo kepada Kompas.com, Rabu (27/4/2022).

Akan tetapi untuk saat ini, karena harga aspal semakin naik mengikuti harga minyak, biaya perkerasan fleksibel menjadi lebih mahal dibandingkan dengan beton.

Hal ini juga disebabkan karena semen untuk perkerasan rigid juga sudah banyak diproduksi di dalam negeri sehingga kenaikan harganya tak lagi dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak.

Sementara dari segi kenyamanan, menurut Purnomo perkerasan fleksibel lebih nyaman digunakan dibandingkan dengan perkerasan rigid.

Perkerasan rigid juga memberikan hasil akhir yang lebih keras dan apabila konstruksinya tidak dilaksanakan denwgan benar, maka bisa mengakibatkan water planning yang membahayakan pengguna jalan.

Baca juga: Catat, Ini Titik Rawan Macet di Jalan Tol Pulau Jawa Saat Lebaran

Lebih lanjut, dari segi perawatan, perawatan perkerasan fleksibel dikatakan lebih mudah untuk dilakukan. Lapisan jalan yang rusak akan dikeruk dan langsung diaspal ulang.

“Begitu diaspal, hari itu diaspal lalu hari itu juga bisa dilalui oleh kendaraan,” tambah Purnomo.

Sedangkan untuk perbaikan perkerasan rigid, konsekuensi yang dirasakan adalah arus lalu lintas yang terganggu karena kalau rusak.

Hal ini karena pengelola harus membongkar beton penyusun alan dan kemudian dicor kembali. Perkerasan rigid yang rusak juga lebih mengurangi kenyamanan pengendara.

Lantas, bagaimana dengan umur rencana kedua perkerasan tersebut?

Purnomo memaparkan umur rencana perkerasan fleksibel adalah 20 tahun, sedangkan perkerasan rigid sekitar 40 tahun.

“Kalau itu pelaksanaannya benar, sepertiga dari umur rencana mestinya penanganannya do nothing atau tidak ada penanganan. Jadi misal gini, kok ada perkerasan fleksibel tapi 7 tahun sudah rusak, pasti ada yang tidak beres,” ungkap Purnomo.

Hal yang sama juga terjadi pada perkerasan rigid. Aapabila dalam waktu 15 tahun sudah ada perbaikan, maka desain atau pelaksanaan proyeknya tidak dilaksanakan dengan benar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com