JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam memperingati satu tahun Badai Seroja yang terjadi pada 5 April 2021 lalu, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Nusa Tenggara Timur (NTT) meminta Pemerintah menetapkan "Hari Bencana".
Koordinator Divisi Perubahan Iklim dan Kebencanaan Walhi NTT Deddy F Holo mengatakan, ini bertujuan untuk selalu mengingkatkan masyarakat agar memperkuat sistem respon adaptasi dan mitigasi serta risiko bencana.
"Pemerintah perlu menetapkan momentum badai Seroja yang melanda NTT sebagai “Hari Bencana," terang Deddy dalam keterangan tertulis, Selasa (5/4/2022).
Baca juga: Rumah Berteknologi Risha Dibangun untuk Korban Bencana Badai Seroja
Tak hanya itu, ada sembilan poin lainnya yang diminta Walhi NTT kepada Pemerintah dalam momentum setahun badai Seroja ini.
Pasca terjadinya badai Seroja di NTT, kata Deddy, banyak pihak sudah melakukan upaya pemulihan, baik itu pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan komunitas.
Baca juga: Menko PMK Tinjau Bantuan 1.922 Huntap untuk Korban Badai Seroja NTT
Hal itu merupakan upaya memulihkan korban bencana alam dalam mendapatkan berbagai kebutuhan seperti sandang, papan dan pangan.
"Jika mencermati siklus seroja yang melanda wilayah NTT, tentu kita berharap upaya pemerintah lebih serius dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di wilayah rentan terhadap bencana dan perubahan iklim," tambah Deddy.
Hal ini untuk mengurangi risiko dari dampak yang ditimbulkan, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah memberikan pendidikan kritis terkait dengan lingkungan hidup.
Selain itu, juga perlu dilakukan pelatihan-pelatihan bagi warga sebagai upaya penguatan kapasitas respon bencana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.