Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Urgensi Pemindahan dan Alasan Kaltim Dipilih sebagai IKN Nusantara

Kompas.com - 20/01/2022, 18:00 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari jakarta ke Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) terasa kian nyata. Ini didukung dengan berbagai persiapan yang telah dilakukan hingga kini.

"Tentu pelaksanaan pembangunan dan pemindahan ibu kota negara tidak seperti lampu Aladdin, tetapi dilakukan secara bertahap dan dalam rangka mewujudkan visi jangka panjang Indonesia 2045," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa melalui YouTube Parlemen Channel, dikutip pada Kamis (19/1/2022).

Kepindahan IKN ke Kalimantan dilakukan bukan tanpa alasan. Sejumlah faktor menjadi alasan kepindahan IKN.

Baca juga: IAP Ingatkan Pemerintah Jangan Asal Membangun Infrastruktur di IKN Nusantara

Salah satunya mengenai populasi. Sekitar 57 persen penduduk Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa dengan kontribusi ekonomi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional, yakni sebesar 59 persen.

Hal ini didukung pula oleh terjadinya krisis ketersediaan air di Pulau Jawa, terutama di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur.

Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, Pulau Jawa juga tercatat mengalami konversi lahan terbesar di antara gugus pulau lain di Indonesia. Adapun tren konversi lahan tersebut diperkirakan akan masih terus berlanjut.

Sementara itu, Jakarta kembali tercatat mengalami pertumbuhan urbanisasi yang sangat tinggi sehingga menyebabkan kemacetan yang tinggi serta kualitas udara yang tidak sehat.

Bahkan pada tahun 2013, Jakarta dilaporkan menempati peringkat ke-10 kota terpadat di dunia dan pada tahun 2017 peringkat tersebut naik ke angka 9.

Tidak hanya itu, jumlah penduduk yang diikuti dengan jumlah pergerakan ulang-alik penduduk yang tinggi juga menjadi urgensi perpindahan IKN ini.

Belum lagi pada aspek lingkungan yang sangat memprihatinkan. Diketahui bahwa muka air tanah Jakarta turun sekitar 7,5-10 sentimeter per tahun.

Data tersebut juga diikuti dengan sekitar 57 persen kualitas air waduk tercemar berat dan 61 persen air sungai yang tercemar berat.

Parahnya lagi, diperkirakan akan terjadi kenaikan muka air laut sekitar 25-50 sentimeter pada tahun 2050 di Jakarta.

Mengapa Kaltim dipilih?

Lantas, mengapa Kaltim dipilih sebagai lokasi IKN Nusantara? Berdasarkan Buku Saku Pemindahan Ibu Kota Negara, terdapat 9 alasan mengapa IKN dipindahkan ke Kaltim:

  1. Memiliki aksesibilitas lokasi tinggi yang dekat dengan dua kota besar, yaitu Balikpapan dan Samarinda,
  2. Memiliki struktur kependudukan heterogen dan terbuka dengan pontensi konflik yang rendah,
  3. Pertahanan wilayah dapat didukung oleh adanya Tri Matra Darat, Laut dan Udara
  4. Kemampuan lahan sedang untuk konstruksi bangunan,
  5. Lokasi dinilai aman dan minim dari bencana alam,
  6. Memiliki lahan yang luas serta berstatus Hutan Produksi (HP) dan perkebunan,
  7. Dilengkapi dengan infrastruktur utama, yakni Jalan Tol Balikpapan-Samarinda dan Trans Kalimantan, Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan dan Bandar Udara Internasional Aji Pangeran Tumenggung Pranoto, Pelabuhan Terminal Peti Kemas Kariangau Balikpapan dan Pelabuhan Semayang Samarinda,
  8. Tersedia air baku dari 3 waduk eksisting, 2 waduk yang direncanakan, 4 sungai dan 4 Daerah Aliran Sungai (DAS), dan
  9. Berada di Jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II Selat Makassar yang berkontribusi untuk memperlancar kegiatan pelayaran dan penerbangan internasional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com