Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengkhawatirkan, Luas Hutan di Puncak Susut 3.876 Hektar Cuma dalam 5 Tahun

Kompas.com - 08/11/2021, 20:00 WIB
Suhaiela Bahfein,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Wakil Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Surya Tjandra mengungkapkan, terjadi pengurangan luas hutan di kawasan Puncak sebesar 13 persen dalam kurun lima tahun yaitu periode 2016-2021.

Dalam periode tersebut, hutan di Puncak berkurang seluas 3.876 hektar dari 19.640 hektar pada tahun 2016. Artinya, luas hutan di Puncak saat ini hanya berkisar 15.764 hektar.

"Terjadi pengurangan sekitar 3.876 hektar dari 19.640 hektar di tahun 2016 menjadi 15.764 hektar. Itu berkurang 13 persen berarti," ungkap Surya dalam "Pesan Puncak" untuk Penyelamatan Kawasan Puncak, Senin (8/11/2021).

Asal tahu saja, hutan merupakan salah satu jenis tutupan vegetasi lahan yang berfungsi sebagai daerah resapan air serta pengontrol tata air permukaan.

Perubahan hutan ini tercatat menjadi pertanian seluas 2.373 hektar, semak belukar 1.221 hektar, serta permukiman seluas 282 hektar.

Baca juga: Cegah Banjir Jakarta, Pertamina Bangun 400 Sumur Resapan di Kawasan Puncak

Surya mengatakan, perubahan luas hutan di kawasan Puncak karena permukiman masih bisa dipahami Pemerintah karena masyarakat membutuhkan tempat tinggal.

"Tapi kalau (semak) belukar kita ubah fungsinya, kita jadikan hutan, akan sangat besar pengaruhnya," terang Surya.

Dia bercerita saat menanam pohon di Cikoneng, Kecamatan, Kemang, Bogor, Jawa Barat, daerah tersebut sebetulnya merupakan koridor penghubung dua hutan. Namun, ditemukan Hak Guna Usaha (HGU) di tengah kedua hutan tersebut.

Surya belum mengetahui apakah permasalahannya dari Kementerian ATR/BPN saat penetapan hak maupun ruang atau ada hal lain.

Namun, kata Surya, ini merupakan masalah bagi Kementerian ATR/BPN karena daerah tersebut menjadi hulu sungai.

Oleh karena itu, penanaman pohon dan membuat sumur resapan dilakukan Pemerintah agar air yang turun di hulu bisa lebih lambat.

"Sebenarnya (kawasan) Puncak sering hujan itu berkah, tapi jangan kecepatan turunnya agak lambat gitu ya," tambah dia.

Untuk mengatasi hal ini, dia juga meminta kolaborasi, koordinasi, serta sinkronisasi kerja baik dari tata ruang maupun pemanfaatan tanah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com