JAKARTA, KOMPAS.com - Didirikan sejak 1943 oleh Ingvar Kamprad, IKEA menjual furnitur, peralatan, hingga aksesori rumah tangga yang dapat dirakit sendiri.
Memiliki visi menciptakan kehidupan sehari-hari lebih baik bagi banyak orang, peritel ini telah berkembang dengan mendirikan 433 toko yang beroperasi di 52 negara.
IKEA telah dinobatkan sebagai peritel perabotan rumah tangga terbesar di dunia sejak tahun 2008.
Bukan tanpa sebab, perusahaan menggunakan trik ilmu psikologi demi mendorong konsumen untuk banyak berbelanja di toko mereka.
Baca juga: Industri Furnitur Indonesia Tumbuh 8,04 Persen
Trik psikologi seperti apa yang digunakan IKEA? Berikut ini Kompas.com merangkumnya untuk Anda:.
1. "Efek IKEA"
Seperti yang telah disebutkan di awal, IKEA menjual perabotan yang dapat dirakit sendiri oleh pembeli.
Researcher and Associate Professor of Marketing di Tulane University Business School Daniel Mochon mengungkapkan, banyak orang lebih tertarik dan membayar harga lebih untuk mendapatkan yang dia beli dan bisa dirakit sendiri.
Contohnya, seseorang merakit meja dengan bentuk yang dia inginkan untuk menunjukkan hasil kreativitasnya.
Baca juga: Toko Baru IKEA di Jakarta Garden City Usung Konsep Berkelanjutan
Bagi orang lain mungkin bentuknya tidak sedap dipandang, namun bagi seseorang yang menciptakannya akan sangat bangga dengan karyanya tersebut.
"Tetapi, meja itu tampak sangat bagus karena Anda-lah yang membuatnya. Ini adalah hasil kerja keras, dan itulah ide di balik efek IKEA," tutur Daniel dikutip dari CNBC, Kamis (21/10/2021).
2. Lokasi toko
Mengunjungi toko IKEA membutuhkan usaha dan waktu yang tak sedikit karena lokasinya berada di pinggiran kota besar.
Setibanya di sana, pembeli tentu tidak ingin melewatkan momen untuk "tidak berbelanja" agar perjalanan panjang yang telah dilakukan tidak sia-sia.
3. Fitur satu arah
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.