JAKARTA, KOMPAS.com - Housing backlog atau kebutuhan rumah di Indonesia masih tinggi. Kondisi ini diperparah dengan harga lahan untuk rumah yang makin melangit.
Akibatnya, masyarakat menengah ke bawah tak lagi dapat menjangkau rumah-rumah di pusat kota yang dekat dengan aktivitas sehari-hari.
Terlebih di Jakarta, sebagai ibu kota sekaligus pusat bisnis, keuangan, komersial, dan benchmark pembangunan Indonesia.
Menurut data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), hingga 30 September 2021, angka backlog perumahan atau kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan mencapai tidak kurang dari 11 juta unit.
"Kondisi housing backlog memang sangat serius dan tidak realistis," kata Chairperson of Green Building Council Indonesia Iwan Priyanto dalam diskusi virtual Indonesia Housing Forum, Kamis (14/10/2021).
Iwan menjelaskan, berdasarkan data Kementerian ATR/BPN, terdapat peta sebaran terkait nilai bidang tanah yang digunakan untuk membangun rumah.
"Ini peta sebaran harga tanah dari BPN, biasanya harga BPN di atas Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), tapi di bawah harga pasar," ujarnya.
Baca juga: Harga Rumah di Bandung, Denpasar, dan Jakarta Lebih Mahal Dibanding New York dan Tokyo
Untuk wilayah dengan warna hijau muda, harga tanah berada pada kisaran Rp 100.000-Rp 500.000 per meter persegi. Itu pun berada di wilayah pinggiran Jakarta dan luasnya sangat kecil.
Sementara itu, wilayah yang berwarna hijau tua nilainya sekitar Rp 500.000 hingga Rp 1 juta per meter peregi.
Adapun wilayah Jakarta didominasi warna hijau tua hingga coklat. Praktis, harganya semakin mahal.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.