Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Parodi Abad 21, Nasib TKA Migran dan Reklamasi di Balik Kemewahan Dubai

Kompas.com - 15/08/2021, 14:32 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa tak tahu Dubai? Kota di Uni Emirat Arab (UEA) ini populer dengan kemegahan dan kemewahannya.

Kota terbesar yang terletak di Teluk Persia ini juga dianggap sebagai simbol kemakmuran.

Bagaimana tidak, UEA sendiri merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar dunia. Produksi minyaknya mencapai 3 juta barel per hari.

Sementara konsumsinya hanya empat persen hingga lima persen dari produksi minyak dalam negeri. Sebagian besar diekspor ke berbagai negara.

Selain itu, Dubai juga dikenal sebagai destinasi wisata kalangan tajir dan elite dunia.

Baca juga: Bandara Internasional Dubai Tersibuk di Dunia Sepanjang Mei 2021

Selain minyak, terdapat dua ikon paling beken di jagat raya yakni pulau buatan Palm Jumeirah dan pencakar langut tertinggi dunia Burj Khalifa.

Namun, di balik kemegahan dan kemewahan Dubai ternyata kota tersebut menyimpan banyak fakta mengejutkan yang perlu diketahui.

Mulai dari dampak reklamasi hingga nasib pekerja konstruksi yang didominasi tenaga kerja asing (TKA).

Berikut fakta di balik kemegahan Dubai:

1. Reklamasi Palm Jumeirah dianggap merusak terumbu karang

Palm Jumeirahwww.bayut.com Palm Jumeirah
Palm Jumeirah sebenarnya hanya satu dari tiga megaproyek Dubai World Palm Island buatan terbesar di dunia.

Selain Palm Jumeirah, terdapat dua pulau palem lainnya yaitu Palm Jebel Ali dan Palm Deira.

Palm Jumeirah merupakan pulau buatan terkecil jika dibandingkan dengan kedua pulau palem tersebut.

Baca juga: Indonesia Bisa Contoh Songdo dan Dubai, Bangun Kota Berbasis Artificial Intelligence

Pembangunan pulau ini dimulai pada tahun 2001 yang mencakup kawasan komersial,  perumahan, resor, hotel dan restoran mewah, dan mal dan pusat perbelanjaan.

Dilansir dari Greenprophet.com, selama proses konstruksi reklamasi Palm Island menimbulkan sejumlah masalah kerusakan lingkungan bawah laut di Kawasan Teluk Persia.

Material yang dijadikan sebagai daratan reklamasi itu berasal dari pengerukan tanah secara besar-besaran dari dasar laut.

Hal itu mengakibatkan rusaknya ekosistem bawah laut di kawasan tersebut, sekaligus menjadi penyebab hancurnya banyak terumbu karang.

"Pulau-pulau buatan yang tidak alami merupakan ancaman serius bagi formasi karang alami serta hamparan rumput laut dan rumput laut lainnya. di mana kehidupan akuatik biasanya hidup dan mencari makan," seperti dikutip Greenprophet.com, Minggu (14/08/2021).

Karena kerusakan yang terjadi, pengembang reklamasi Palm Island, Nakheel Properties berencana membangun sejumlah terumbu karang buatan untuk menarik kehidupan biota laut.

Termasuk membawa sejumlah kapal-kapal tua tak terpakai untuk ditenggelamkan sebagai sarang atau rumah bagi biota laut tersebut.

Baca juga: Transit Lebih dari 10 Jam, Emirates Tawarkan Menginap Gratis di Hotel Dubai

Selain itu, Nakheel juga berencana mengimpor sejumlah lumba-lumba dari Kepulauan Solomon agar dapat memperbaiki ekosistem bawah laut serta jadi daya tarik wisata.

Di dalamnya mencakup wisata air seperti scuba diving, snorkling, dan juga akan ada emas batangan seberatr satu kilogram yang akan disembunyikan di bawah laut sebagai harta karun untuk ditemukan oleh para wisatawan dan penyelam.

Meski demikian, para pemerhati lingkungan mengkritisi ide pengembang ini tidak akan banyak membantu dalam mengembalikan kelestarian dasar laut yang telah dirusaknya.

Mereka juga khawatir dasar laut buatan ini dapat menghambat kehidupan laut asli dan malah membuat masuknya spesies asing yang mungkin akan merusak ekosistem alami.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com