JAKARTA, KOMPAS.com - PT MRT Jakarta (Perseroda) telah meraih pendapatan non-farebox (non-tiket) sebesar Rp 258 miliar per Juli 2021.
Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar mengatakan, pendapatan non-tiket merupakan salah satu strategi dalam memperkuat struktur penerimaan perusahaan.
Hal ini ditambah dengan perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali yang membuat penerimaan fare-box (tiket) terus tergerus.
"Untuk menutupi farebox, pendapatan non-farebox inilah yang kita pacu," ujar William dalam webinar Forum Junalis, Sabtu (31/07/2021).
Pendapatan non-tiket ini juga harus diiringi dengan efisiensi belanja untuk melakukan penghematan.
William melanjutkan, ini diharapkan supaya operasonalisasi MRT Jakarta bisa berjalan dengan baik.
Baca juga: Anjlok 80 Persen, Penumpang Harian MRT Jakarta Hanya 4.450 Orang Per Juli
Jika dilihat tahun 2019 atau masa awal operasionalisasi MRT Jakarta, perusahaan telah mendapatkan pendapatan non-tiket mencapai 207,6 miliar.
Berlanjut tahun 2020, MRT Jakarta juga berhasil mengalami kenaikan pendapatan non-tiket sebesar 382,67 miliar meski dalam situasi Pandemi Covid-19.
Dia tak memungkiri, pendapatan non-tiket menjadi penyelamat bagi bisnis MRT Jakarta karena ridership (penumpang) juga pada dasarnya menurun.
Tahun lalu, MRT Jakarta menargetkan 100.000 penumpang per hari. Namun, kenyataannya hanya bisa mencapai 27.000 penumpang per hari.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.