Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok TPA Supit Urang Kota Malang yang Didanai Jerman

Kompas.com - 09/04/2021, 06:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tuntas mengembangkan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Supit Urang, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur.

Semula, TPA Supit Urang ini menggunakan sistem penimbunan sampah terbuka atau open dumping. Namun kini, sistem yang digunakan adalah sanitary landfill.

Pengoperasian TPA dengan sistem sanitary landfill akan meminimalisasi dampak pencemaran, baik air, tanah, maupun udara sehingga lebih ramah lingkungan.

Dalam mrmbangun TPA Supit Urang, Pemerintah Indonesia melalui Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR bekerja sama dengan Bank Pembangunan Jerman dan investor Fitchner. 

Kerja sama pengembangan TPA ini masuk dalam Program Emission Reduction in Cities–Solid Waste Management (ERIC-SWM).

Baca juga: Walhi Protes Tidak Dilibatkan dalam Rencana Kerja Proyek TPA Sarbagita

Selain Kota Malang, terdapat tiga kota dan kabupaten lain yang menjadi pilot dalam program tersebut, yakni Kota Jambi, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Jombang.

Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Timur Muhammad Reva Sastrodiningrat menuturkan, pengelolaan dan penanganan sampah dapat dilakukan melalui dua aspek.

Pengembangan sistem sanitary landfill TPA Supit Urang dikerjakan sejak Juli 2018 dan tuntas tahun 2020 dengan anggaran sekitar Rp 230 miliar dengan skema kontrak tahun jamak.Kementerian PUPR Pengembangan sistem sanitary landfill TPA Supit Urang dikerjakan sejak Juli 2018 dan tuntas tahun 2020 dengan anggaran sekitar Rp 230 miliar dengan skema kontrak tahun jamak.
Kedua aspek tersebut adalah struktural dengan membangun infrastruktur persampahan dan non-struktural melalui perubahan perilaku hidup bersih dan sehat.

"Kendati kami sudah membangun infrastrukturnya, namun perilaku masyarakat harus didorong melalui perubahan mindet agar mau hidup bersih, dan sehat. Di Malang sudah ada program pengelolaan sampah rumah tangga mandiri, bekerja sama dengan LSM-LSM," tutur Reva, Kamis (08/04/2021).

Pengembangan sistem sanitary landfill TPA Supit Urang dikerjakan sejak Juli 2018 dan tuntas tahun 2020 dengan anggaran sekitar Rp 230 miliar dengan skema kontrak tahun jamak.

Baca juga: Koalisi Ekologis Sungai Cisadane Tuntut Rehabilitasi TPA Cipeucang

TPA ini dirancang seluas total 7,5 hektar dengan kapasitas 953,340 meter kubik untuk melayani sampah rumah tangga penduduk Kota Malang sejumlah 707.015 jiwa atau setara dengan 400 ton per hari.

Reva menjelaskan, pembangunan TPA ini mencakup penyusunan desain, fasilitas pendukungnya, pekerjaan konstruksi TPA sampah dan fasilitas pendukungnya, serta pengadaan alat berat pendukung.

Selain itu juga peningkatan kapasitas kelembagaan Pemerintah Daerah di sektor persampahan.

TPA ini dirancang seluas total 7,5 hektar dengan kapasitas 953,340 meter kubik untuk melayani sampah rumah tangga penduduk Kota Malang sebanyak 707.015 jiwa atau setara dengan 400 ton per hari.Kementerian PUPR TPA ini dirancang seluas total 7,5 hektar dengan kapasitas 953,340 meter kubik untuk melayani sampah rumah tangga penduduk Kota Malang sebanyak 707.015 jiwa atau setara dengan 400 ton per hari.
Sistem sanitary landfill dibangun dengan melakukan pelapisan lahan pembuangan (sel aktif) TPA menggunakan 3 lapis perlindungan lingkungan.

Pertama, di atas tanah asli yang telah dipadatkan dipasang lapisan kedap paling bawah berupa geosynthetic clay liner bahan gel sintetis (geo tekstil) setebal 1 cm yang akan menahan kebocoran air lindi agar tidak mencemari tanah.

Lapisan kedua dan ketiga adalah lapisan geomembran setebal 2 mm berupa lapisan impermiable dan geotextile setebal 1,2 cm berupa karpet sintetis berserat kasar yang khusus didatangkan dari Jerman.

Selanjutnya karpet sintetis ini dilapisi batu koral dengan diameter 2 cm tertumpuk rata setinggi 50 cm sebagai bahan penyaring air lindi.

Kemudian sampah ditumpuk, diratakan, dan ditimbun tanah pada setiap ketinggian tanah 1–2 meter agar tidak dihinggapi lalat dan juga mencegah terjadinya kebakaran dari gas metan yang dihasilkan sampah.

Terakhir air lindi ditampung dan disalurkan ke kolam penampungan IPL (Instalasi Pengolahan Lindi) dengan sistem pemurnian bertahap dan dilengkapi bak kontrol.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com