JAKARTA, KOMPAS.com - Pusat perbelanjaan atau mal merupakan salah satu sektor properti yang paling terdampak pandemi Covid-19.
Penyewa, terutama yang memiliki beberapa gerai di pusat-pusat perbelanjaan memilih untuk fokus pada efisiensi biaya operasional.
Salah satunya dengan menutup gerai yang menunjukkan kinerja buruk. Akibatnya, mudah ditebak tingkat vakansi (kekosongan) ruang di mal-mal menjadi makin luas.
Meskipun banyak pengembang dan pengelola menunda kenaikan biaya layanan atau service charge dan sejumlah insentif lainnya, tetap saja tak mampu menahan fenomena penutupan gerai.
Baca juga: Jangan Lagi Sebut Bekasi Planet Antah Berantah, Semua Raja Properti Kumpul di Sini
Dus, pembatasan jam operasional makin berdampak pada proses pemulihan tingkat hunian dan kunjungan mal.
Di sinilah dibutuhkan strategi promosi yang inovatif serta metode penjualan kreatif, terutama memaksimalkan penggunaan media sosial.
"Para peritel, terutama yang bergerak di bidang fashion, food and beverage dituntut untuk terus berinovasi. Tahun ini akan menjamur pula toko-toko pop-up," tutur Senior Associate Director Colliers Indonesia Ferry Salanto dalam laporan Jakarta Property Market Outlook 2021.
Kendati tantangan tahun 2021 ini akan lebih berat ketimbang tahun-tahun sebelumnya, namun tak menyurutkan sejumlah pengembang untuk tetap membangun pusat perbelanjaan.
Di Bekasi, contohnya. Kawasan penyangga Jakarta ini menjadi incaran pebisnis mal dan peritel karena terus menunjukkan konsistensi kinerja dari segmen tingkat hunian, dan biaya sewa.
Pada Kuartal III-2020, tingkat hunian mal-mal di Bekasi mencapai 78.2 persen, sementara pada Kuartal IV-2020 sebesar 77.4 persen.
Baca juga: Tanam Rp 2 Triliun, Raja Properti Bangun Pakuwon Bekasi Superblok 2021
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.