Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alih-alih Sumur Resapan, Jakarta Bisa Tiru Tokyo Bangun "Parthenon"

Kompas.com - 04/03/2021, 12:30 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Pembina Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) Davy Sukamta mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dapat membuat  bendungan bawah tanah raksasa sebagai sistem pengendali banjir, alih-alih sumur resapan.

Hal serupa telah dibangun di Tokyo, Jepang, dengan konsep parthenon.

"Tokyo itu kan pertemuan banyak sungai dan pernah banjir juga. Mereka itu bikin sumur tetapi di bawah tanah dengan ukuran raksasa dapat menampung ribuan kubik air. Jadi airnya itu bisa ditampung," kata Davy kepada Kompas.com, Rabu (03/03/2021).

Davy menjelaskan, parthenon bawah tanah Jepang ini berfungsi melindungi Tokyo dan daerah sekitarnya dari bencana banjir.

Sistem anti banjir berupa saluran air bawah tanah ini terletak di Kasukabe, prefektur Saitama, Tokyo, Jepang.

Baca juga: Jakarta, Lihatlah Cara Jepang Mengatasi Banjir

Untuk membuat semacam parthenon tentu saja membutuhkan biaya yang besar, namun bendungan semacam ini akan jauh lebih efektif terutama untuk mengendalikan banjir di Jakarta.

"Memang membutuhkan biaya yang sangat besar, tetapi lebih efektif karena mampu menampung puluhan ribu kubik air, dibanding dengan sumur resapan yang kecil-kecil seperti itu," jelasnya.

Davy menuturkan dengan adanya bendungan raksasa di bawah tanah, air hujan yang biasa menggenangi ibu kota akan masuk terlebih dahulu ke bendungan tersebut. Sehingga, dapat menghindarkan wilayah pemukiman dari banjir.

"Nanti setelah hujan reda, air tersebut bisa dipompa, dan dikeluarkan lagi ke sungai, tapi besarnya luar biasa. Bukan sumur resapan yang kecil-kecil begini enggak jelas," cetus Davy.

Baca juga: Sumur Resapan Dekat Tiang Jalan Ancam Ketahanan Lateral

Untuk diketahui, bendungan raksasa di Tokyo dinamai Parthenon karena menyerupai bangunan bersejarah di Yunani.

Di dalam bendungan ini terdapat pilar-pilar besar seberat 500 ton, masing-masing menopang waduk utama berupa tangki beton sepanjang dua kali lapangan bola.

Selanjutnya, di atas tanah terdapat bangunan seperti katedral yang membentuk reservoir utama tangki banjir.

Melansir AFP, waduk Kasukabe terhubung ke terowongan sepanjang 6,3 kilometer, dan memiliki sistem untuk melepaskan air yang tertampung ke sungai Edogawa di dekatnya.

Kecepatan melepaskan air ini setara dengan pemakaian kolam renang sepanjang 25 meter setiap detik, dengan kekuatan mesin jumbo-jet.

Air berlebih akan mengalir secara otomatis, dan operator memompanya keluar dari tangki utama ketika sudah mendekati kapasitasnya.

Tangki air raksasa ini dibangun pada tahun 2006, dengan biaya 230 miliar yen atau sekitar Rp 30,7 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com